Etika Bisnis Kaum Sufi
- Dalam berbisnis, kerugian seribu rupiah akan membenani pikiran, bukan karena nominalnya, tapi karena hal itu menunjukkan ketidak-cerdasan dia dalam berbisnis.
- Buktinya, saat kita terlanjur membayar terlalu mahal untuk barang yang seharusnya lebih murah, kita akan “membela diri” dengan menyertakan seribu satu alasan.
- Namun saat kita bisa membayar dengan lebih murah untuk barang yang semestinya lebih mahal, maka kita akan bangga dan menceritakannya sebagai wujud kemenangan.
- Dalam etika bisnis tasawuf, saat bertransaksi dengan orang yang kaya, sudah seharusnya kita bertransaksi dengan ketat, meskipun memperjuangkan seribu rupiah misalnya. Sebab, laba yang mereka peroleh (biasanya) untuk memperbanyak harta.
- Namun saat bertransaksi dengan orang miskin, sudah sepantasnya kita bertransaksi dengan rasa belas-kasih. Sebab, laba yang mereka peroleh digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Jadi ada unsur “sedekah sirriyyah” di dalamnya.
- Contoh sederhananya: jangan terlalu “kejam” menawar dagangan tukang sayur atau menuntut mereka mengembalikan uang kembalian jika nilainya tak seberapa.
- Namun saat berbelanja di market mini atau super, maka kejarlah uang kembalian meskipun recehan.
~ Menjadi Sufi Berduit, Ahmad Dairobi : 294 – 297 ~