Cerita ini disampaikan oleh Habib Segaf Baharun pada Milad ke-2 Majlis Ta’lim Darussholihin Banjarmasin
Habib Segaf Baharun Berucap :
Alhamdulillah, kami masih punya ibu, dan semoga panjang umur dan sehat wal afiat, demi Allah kami setiap melihat ibu kami, yang sekarang dalam keadaan kurang sehat, kami sedih melihatnya, sehingga kami tidak tega berada di depannya, tapi itu pun beliau tidak pernah mengadu kepada kita, kalau seumpama kami meminta kepada beliau, “Minta Apa ma”?, apa beliau katakan ?, “Aku Tidak Minta Apa Apa, kalian akur saja, di antara saudara urusi pondok, itu adalah kebaktian mama kepada Aby-nya”, sampai memikirkan kepada suaminya seperti itu, sampai kami ingat, ketika ayah saya meninggal (Abuya Al Habib Hasan bin Ahmad Baharun), kami bersaudara merasa repot bingung, siapa yang akan menyampaikan ?, karena kami tidak tega bagaimana beliau akan mendengar, tentang cerita, bagaimana ayah kami disebutkan meninggal dunia, padahal saya punya ibu pergi ke surabaya, ingin membeli kompor, untuk menyenangkan suaminya, karena saya punya ayah senang, kalau lagi berdakwah beliau minum kopi yang panas, sehingga pada waktu itu ada kompor yang baru keluar, beliau pergi ke surabaya hanya untuk membeli kompor itu, untuk menyenangkan suaminya, tatkala beliau berangkat, ternyata Ayah Saya meninggal, siapa tega, siapa yang berani akan menyampaikannya.
Contents dan Daftar isi
Sosok Istri Sholehah, Sosok Wanita Yang Tegar dan Tangguh
Habib Segaf Baharun dalam penyampaian beliau sembari berusaha menahan air mata meski tidak terbendung, beliau pun melanjutkan cerita :
Subhanallah, ketika ibu saya datang, kami semua merasa takut untuk menyampaikan, tapi ibu saya sudah heran, kenapa banyak orang, sampai kami meminta tolong kepada saudaranya, Al Habib Idrus Al Hinduan untuk menyampaikannya, begitu sampai ke kamar, melihat ayah saya, Subhanallah, satu tetesan air mata pun tidak terteteskan, demi Allah saya ucapkan, tidak tertetesakan satu air mata pun, kenapa ?, karena dia tidak mau anak anaknya ciut, dia tidak mau sampai anak anaknya kemudian, merasa putus asa, karena kita masih muda, Al Faqier pada waktu itu masih 24 tahun, saya punya kaka Habib Zein bin Hasan baharun 26 tahun, beliau dari mulai saat pertama kali melihat jasad ayah saya, sampai keesokan harinya, sampai dimandikan, sampai dibawa tidak menangis, tapi apa yang diminta kepada anak – anaknya ?, sebelum dibawa terakhir kali, anak anaknya semuanya, dibawa berlima kami, disuruh JANJI di depan jasad ayah kami, untuk kami semuanya bersatu padu, dan
Alhamdulillah, semoga kami termasuk yang menghormat, saya alhamdulillah, saya termasuk menghormat kaka saya Habib Zein seperti ayah saya, semoga hal itu tetap dipandang oleh Allah ta’ala dan itu merupakan bakti saya kepada ibu saya, itu saja yang bisa saya lakukan untuk orang tua, selain saya capek kesana kemari berdakwah, Wallahil Adzim (Demi Allah), Saya tidak mencari uang, tapi saya capek, capek betul dengan dakwah ini, tapi kalau saya mengingat ini yang saya kirimkan untuk orang tua saya, hilang semuanya capek, sehingga tensi darah saya, kalau sudah pulang, mau tidur, bangun tidur selalu naik, tapi begitu saya pulang dari dakwah, turun dari mimbar, saya lihat langsung turun (tensi darahnya), karena saya senang, ketika saya mengirimkan pahala untuk orang tua saya, semoga hal ini diterima, dan menjadi jariah untuk orang tua saya, Amiin Ya robbal alamin”
——
Mohon Maaf Jika saya, Nur Hanifansyah, ada salah dalam penulisan atau transkip ceramah Habib Segaf baharun ini, semoga apa yang disampaikan beliau bisa menjadi teladan untuk kita semuanya, amiin