Sesungguhnya satu-satunya hukum yang adil dalam menyikapi pertentangan dan perbedaan pendapat adalah agama, maka aku menuliskan satu fasal untukmejelaskan sikap agama dalam masalah cinta.
Apakah dosa jika aku berbicara tentang cinta?
Mungkin sebagian orang beranggapan seperti itu!
Aku masih ingat betul ketika aku menterjemahkan kisah cinta Mamo Zain, -kisah cinta yang hanya berisi tentang kesedihan dan rasa sakit dalam mencintai, tentang kesucian dan kemurnian cinta- sesaat setelah buku itu beredar dan terbit, aku dihujani dengan banyak kritikan keras dan penghinaan, meskipun ada beberapa respons yang baik dari sebagian orang.
Banyak sekali yang terheran-heran, mereka bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang yang ahli dalam bidang fikih dan ushul fikih berubah haluan menjadi penulis kisah cinta dan segala kepedihannya?
Sampai ada yang berkata: kog bisa seorang Syaikh membahas tentang kisah percintaan?! Maka pada saat itu, aku segara mengumpulkan tekad untuk menulis satu fasal yang membahas tentang
masalah ini, dan aku menganggap rasa heran dari orang orang yang menganggap perkara ini tabu, hanya merupakan salah satu dari sekian banyak pemahamanpemahaman salah yang bercokol di pikiran mereka tentang agama islam.
Tapi kemudian aku disibukkan oleh banyak kegiatan yang memalingkanku dari rencanaku ini, dan mebuatku lupa, sampai berlalunya waktu dan aku belum sempat menuliskan apa yang aku tekadkan dulu. Sampai akhirnya beberapa hari lalu, seorang pemuda membuatku teringat tentang apa yang telah kurencanakan dulu, dia menanyakan sesuatu yang menjadikanku ingin kembali melaksanakan apa yang dulu kutekadkan, untuk menuangkan apa yang ada dalam batinku dan belum sempat kutuliskan.
Aku akan menjadikan percakapanku dengan pemuda itu -yang aslinya berupa pertanyaan dan
jawaban- menjadi satu pembahasan yang akan mengurai masalah ini.
*****
Pemuda itu bertaya padaku, setelah sebelumnya meminta izin agar aku tidak keberatan dengan
pertanyaan yang dia lontarkan, kemudian dia bertanya “Syaikh, bagaimana pandangan islam tentang cinta?” Maka aku menjawab pertanyaan pemuda itu dengan penjelasan: “pertama-tama, kau harus membenarkan kalimat pertanyaanmu dulu, islam bukanlah salah satu seseorang di antara kalian, juga bukan produk buatan salah satu di antara kalian, maka tidak bisa dikatakan islam memiliki suatu pendapat dan analisa atas apa yang akan diputuskan atau pendapat dalam penyelesaian masalah. Islam adalah kumpulan hukum dari Allah yang Dia tetapkan untuk seluruh ummat sebagai keputusan final yang tidak campur tangan atau kesempat menginterferensi bagi salah satu di antara kalian.
Karena jika hukum-hukum yang ditetapkan oleh islam adalah sebuah pendapat, maka bagi siapapun yang memiliki pendapat bisa menandingi pendapat islam ini, baik dalam segi pemikiran ataupun pengkajian masalah. Sedangkan kebenaran tidak pernah hanya tampak di pemikiran satu orang dan tidak tampak atau tertutupi di pemikiran orang lain.
Aku kira, sedikitbanyak kau telah terpengaruhi – secara tidak sadar- oleh kalimat-kalimat yang sengaja didengungkan oleh orang-orang licik yang ingin merusak islam dari dalam (oang-orang liberal), mereka berusaha mematenkan kalimat-kalimat itu di telinga para pendengar melalui siaran radio yang diulang-ulang, yaitu kalimat “pandapat/pandangan agama terhadap sesuatu”, tujuannya tak lain adalah agar kalimat-kalimat ini terbiasa didengar oleh telinga orang-orang dan
masuk di akal bawah sadar mereka, sehingga melekat di kepala mereka tanpa mereka sadari bahwa hukumhukum islam sebenarnya adalah pendapat dari seseorang yang dengan sangat mudah dibantah dengan pendapat orang lain. Ini sama persis dengan perkataanmu:
“menurut pandangan ilmu sosiologi seperti ini, menurut pandangan ilmu filsafat seperti ini, menurut pandangan ilmu biologi seperti ini, dan agama pun memiliki pandangan untuk masalah ini, yaitu…!!”
Sungguh hal ini tak pantas dikatakan untuk agama islam. Karena sesungguhnya pengertian agama yang benar adalah segala sesuatu yang merupakan ketetapan Allah, Tuhan semesta alam, untuk hamba hamba-Nya yang berupa perintah, larangan atau ketetapan hukum.
Maka sungguh mustahil bagi siapapun untuk bisa menyangkal agama dengan suatu kritikan atau pendapat dari seseorang, karena bagaimana mungkin pendapat seseorang bisa melawan sesuatu yang merupakan ketentuan Allah untuk makhluk-Nya. Melawan agama sama dengan melawan ketentuan Allah, kedua perkara ini merupakan manifestasi dari bentuk kepatuhan seorang hamba kapada Tuhannya Allah Azza wa Jalla.
Seharusnya kalimat yang benar untuk menggambarkan pertanyaanmu adalah “apa hukum
cinta dalam islam?”
Pemuda itu berkata: “iya, itu maksudku Syaikh, hanya saja lisanku terpleset mengucapkan kalimat sudah terlanjur tersebar di kalangan masyarakat, seperti yang anda jelaskan tadi”
Kemudian aku berkata padanya: “tapi sayangnya, dalam islam cinta tidak ada hukumnya, tidakkah kau melihat, apakah ada hukum tertentu dalam islam mengenai rasa tidak suka, rasa sedih, rasa takut dan lapar?
Begitu juga disini, tak ada hukum yang husus dalam islam mengenai cinta.
Penjelasan sederhananya seperti ini, hukum hukum dalam islam itu merupakan tuntutan-tuntutan yang digantungkan kepada manusia, itu bisa berupa wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah. Tuntutantuntutan dalam islam ini hanya berhubungan dengan sesuatu yang bisa dilakukan manusia secara sadar dan sukarela, tidak dengan perkara yang tersimpan dalam
diri manusia yang berupa emosi atau perasaan-perasaan lainnya. Dan sudah kita ketahui bahwa cinta termasuk dalam jenis perasaan yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia”
Tidakkah kau pernah mendengar ulama berkata:
islam adalah agama fitrah (agama kemurnian)?”
“iya, Syaikh”
“Apa yang kau dengarkan itu sesuai dengan sifat yang Allah berikan untuk agama islam, Allah SWT berfirman:
َ َت
طْر
ِ
ف
دِ
ْ
ب
َ
ا ََل ت
َ
ه
ْ
لَي
َ
ع
َ
النهاس
َ
َطَر
الهِِت ف
ا هَّللِ
ُ
ِم
ي
َ
الْق
ُ
ين
ِ
َك الد
ِ
َذل
ْلِق ا هَّللِ
َ
ِلِ
َ
يل النها ِس
َ
َر
ْكث
هن أَ
لَكِ
َ
و
وَن )الروم:
ُ
لَم
ْ
ع
َ
ََل ي 30 )
“(sesuai) fitrah Allah, yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(Q.S Ar Ruum: 30)”
Makna dari islam agama yang fitrah adalah islam merupakan agama yang menerima apa adanya semua kebutuhan manusia dan semua keinginan yang melekat pada diri mereka, dengan cara yang tepat, sejalan dan teratur. Maksudnya: islam tidak menghilangkan sifatsifat dasar, perasaan dan emosi yang ada pada diri manusia, tetapi islam mengajari manusia jalan yang ideal untuk mengobati atau memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut.
Dalam syariat-syariatnya, islam tidak berkata kepada kalian:“jangan lapar!”“jangan membenci!” atau “jangan mencintai!” tapi hukum islam akan berkata kepada kalian “jika kalian lapar jangan mencuri” “jika kalian membenci seseorang jangan mendzoliminya”dan “jika kalian mencintai seseorang jangan menyimpang.
(melakukan apa yang tidak diperbolehkan syariat)” Kemudian selain, itu islam juga memberi kalian obat untuk mananggulangi rasa lapar kalian dengan disyariatkannya mencari pekerjaan yang halal dan usaha yang baik dalam mendapatkan rizki, islam juga memberi kalian obat melawan rasa benci yang kalian miliki dengan disyariatkannya pengadilan dan tuntutan untuk
mendapat hak-hak kalian, islam juga memberi kalian obat untuk melawan perasaan cinta yang kalian rasakan dengan syariat pernikahan dan perkawinan.
Dari sini kalian bisa tau, bahwa sebenarnya islam tidak menghukumi seseorang dari perasaan-perasaan dan emosi yang melekat pada diri mereka, tetapi islam hanya menghukumi seseorang atas perbuatanperbuatan yang mereka lakukan yang disebabkan dari perasaan dan emosi yang ada pada diri mereka.
Hanya saja, apa yang saya paparkan barusan hanya setengah dari jawaban atas apa yang kau tanyakan. Bagian setengah yang lain dari jawabanmu yang tak kalah penting adalah: Kau harus mengetahui, bahwa apa yang aku katakan kepadamu tadi (yang berupa: cinta adalah perasaan bawaan yang tidak ada hukumnya dalam islam) maknanya bukan berarti kau bisa dengan leluasa
membebaskan pikiranmu untuk terjun dalam lautan dan badai percintaan, karena melakukan sebab untuk sampai pada akibat itu termasuk dalam melakukan pekerjaanpekerjaanikhtiyariah, pekerjaan yang bisa kalian kendalikan dengan kesadaran kalian, bukan termasuk
pekerjaan hati yang berupa emosi dan perasaan yang tidak bisa dikendalikan dengan sadar.
****
Perasaan cinta dan kerinduan dalam hati manusia itu seperti lentera penerang dalam suatu ruangan, jika kau matikan lentera itu maka ruangan akan berubah menjadi gelap gulita, dan jika kau tarik panjang sumbunya dan kau jadikan kobaran apinya membesar,
maka lentera yang menerangi itu akan berubah menjadi api yang bisa membakar ruangan, itu sama saja dengan engkau membiarkan ruangan itu dilahaphabis oleh kobaran api.
Akan tetapi cinta bisa menjadi lentera yang menerangi hati manusia, dan itu akan terjadi ketika islam telah membersihkan jiwa pemiliknya, ketika islam telah memposisikn sesorang itu dalam timbangan syariat Allah. Dia tidak melarang dan berlaku keras pada dirinya agar meninggalkan cinta sama sekali, karena hal itu tidak sejalan dengan petunjuk islam, dan dia juga tidak memanjangkan tangan dan pandangannya untuk menikmati semua kenikmatan dunia dan hawa nafsu yang menjadikan dirinya menyesal di kemudian hari.
Kemudian dari pada itu, jika dia diuntungkan dengan hidup dalam lingkungan yang baik, lingkungan yang menjaga adab-adab islam, maka lentera cinta yang menerangi hatinya ini akan menjadi petunjuk baginya untuk menuju kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang dipenuhi dengan keindahan dan wewangian, kebahagiaan yang sama sekali tidak ada di dalamnya duri
dan rasa sakit. Karena sesungguhnya tujuan islam daripada syariat-syariat yang berupa memperbaiki akhlak pribadi dan masyarakat adalah untuk menggapai kebahagiaan ini, kebahagiaan yang tidak mungkin bisa digapai melainkan dengan mengikuti ketetapan syariat
dan ketentuan islam.
Akan tetapi, adapun ternyata dia berada dalam lingkungan yang tidak menerapkan adab-adab dan syariat islam, maka sesungguhnya dia akan tetap memiliki akidah-akidan dan amaliah yang masih kuat, yang akan menjaga dia agar tidak terjerumus dalam tipu daya dan kerusakan akhlak di lingkungan dia tinggal, akidah yang akan menjadi penolong baginya agar senantiasa berpegang teguh pada syariat dan hukumhukum islam.
***
Dan di sisi lain, meskipun cinta yang telah menjadi lentera dalam hatinya tadi seringkali memberinya rasa sakit yang tak terperi, rasa sakit dalam hati yang bisa menghilangkan rasa ingin tidur dan pikiran yang tenang. Tapi ketahuilah wahai anak muda, sesungguhnya rasa
cinta yang seperti ini jika bertemu dengan akidah yang benar maka pemiliknya akan mendapati jiwa mereka memjadi lebih bersih dan bercahaya, mereka akan mendapatkan ketenangan dan keridhoan hati, mereka akan mendapati semua itu dari aliran air mata di pipi
mereka, mereka bisa merasakan semua itu dari perih yang ada dalam hati mereka.
Sungguh tidak ada sesuatu yang bisa membersihkan jiwa manusia melebihi cinta yang seperti
ini, tidak ada sesuatu yang bisa menjadikannya bisa melihat rahasia hati selain rasa sakit dan rasa perih yang ditimbulkan dari cinta yang seperti ini. Berapa banyak orang yang merasa sangat sedih
ketika mereka dihalangi oleh kenyataan untuk bisa bertemu dengan orang yang mereka cintai, tapi di sisi lain mereka sangat bahagia bisa hidup dengan rasa cinta itu sendiri.
Mereka tersiksa, melewati malam-malam yang panjang dan hanya ditemani kesepian yang bahkan membuat gugusan bintang gemintang di langit merasa iba melihat mereka, tapi di sisi lain mereka merasa bahagia dengan siksaan itu, bahkan lebih bahagia daripada orang-orang yang tidur dengan nyenyak bersama mimpi indah mereka.
Mereka menderita lantaran rindu, rindu yang menjadikan mereka menganggap indahnya kicauan
burung-burung yang hinggap di pepohonan tak lebih dari lagu-lagu sedih yang dinyanyikan hati mereka, tapi di sisi lain mereka akan berdendang karena bahagia ketika mendengarkan suara orang yang mereka cintai, mereka akan mendengarkan suara itu dengan hati yang
berbunga-bunga Adakah di dunia ini siksaan yang bisa memberikan rasa semangat selain siksaan karena cinta?
Pernahkah kalian mendengar ada api yang semakin menyala, semakin api itu memberikan
kenikmatan selain api cinta? Tidakkah kalian mendengar cerita Qois Al Amiri (Kekasih Laila Majnun) ketika ia selalu dihalangii dan sudah putus asa untuk bisa mendapatkan Laila, ia
bersama Bapaknya pergi ke baitil haram, berharap dia bisa bedoa untuk kesembuhan hatinya agar tak lagi mencintai Laila dan berharap Allah akan mengabulkannya.
Sesampainya di Kabah, Bapakknya berkata padanya: berpeganganlah dengan tirai penutup Kabah dan berdoalah agar Allah menyembuhkanmu dari rasa cintamu kepada Laila, dia pun memegang erat tirai Kabah dan berdoa, tapi alih-alih berdoa untuk kesembuhan dia malah berdoa untuk cintanya ditambah: “Ya Allah, jadikanlah cuntaku untuk Laila bertambah, dan rinduku kepadanya berlipat ganda, jangan Engkau biarkan aku lupa mengingatnya”
***
Kemudian sebagai penutup penjelasanku tadi, aku berkata pada pemuda itu:
“Tapi jangan sekali-kali kau salah paham dan menganggap cinta ini sama dengan cinta yang hari ini banyak dibicarakan oleh mereka yang mengakui diri mereka sebagai penyair dalam buku-buku mereka, atau adegan romantisme yang diperankan oleh para artis di film-film mereka, dan yang dibisikkan oleh muda-mudi yang sedang pacaran kepada kekasih mereka.
Sungguh mereka teramat jauh dari jenis cinta yang aku sebutkan tadi, karena cinta yang ada dipikiran mereka adalah tak lebih dari sesuatu yang hanya berhubungan dengan indahnya lentik mata dan lirikannya yang mematikan Yang mereka fahami dari cinta adalah perasaan indah yang muncul ketika tidak ada hubungan dengan agama dan syariat, tapi perasaan ini akan sembunyi dan tiba-tiba hilang jika dihadapkan dengan kesucian syariat dan hukum-hukum pernikahan.
Cinta menurut pandangan mereka hanya berupa kata-kata romantis yang dijadikan sebagai alat untuk menjerat korban-korban baru setiap minggunya.\
Jika cinta jenis ini bisa digambarkan dengan bentuk sesuatu, maka ia akan berbentuk sesuatu paling buruk yang bisa kalian bayangkan, yang berisi tipu daya, kedzaliman dan kehinaan.
Jika kau bertanya kepadaku tentang cinta jenis ini.
Maka ketahuilah, cinta jenis ini tak lebih dari tipu daya yang dibungkus dengan hiasan, cinta jenis ini menyamar dan muncul dengan wajah sebuah perasaan sendu dan rasa sakit hati. Mana mungkin bisa disandingkan dengan cinta suci yang aku sebutkan tadi.
Cinta yang banyak digaungkan oleh orang-orang dewasa ini tak lebih dari sebuah kata-kata tanpa isi, hanya kata-kata indah yang penuh sifat terpuji, tapi di dalamnya dipenuhi dengan segala sifat tercela.’
Dulu. Cinta adalah salah satu rahasia hati, dengan cinta itu seseorang bisa menumbuhkan sifat terpuji, dia akan menjaga kesempurnaan cinta ini dengan merahasiakannya, mereka akan menanam benih kasih sayang dan rasa kemanusiaan dalam diri mereka, setelah sebelumnya mereka telah mengeluarkan semua sifat keegoisan dan ketidak-pedulian dalam diri mereka,
maka semua itu akan menjadi sebaik-baik pondasi guna membangun rumah tangga, akan menjadi sebaik-baik ruh untuk persatuan ummat, dan akan menjadi sekuatkuat pemicu untuk memancarkan sumber-sumber kebijaksanaan dan untuk menyalakan cahaya keilmuan.
Adapun sekarang. Cinta telah berubah menjadi salah satu rahasia untuk memamerkan aurat, yang bisa membangkitkan hawa nafsu dalam diri, yang bisa mencabut sifat-sifat mulia dalam diri. Cinta juga telah menjadi alat untuk mengambil dan merampas kehormatan wanita. Engkau bahkan bisa menemukan hal-hal yang bisa membangkitkan cinta jenis ini di ganggang, jalan-jalan dan tempat keramaian lainnya, maka dari itu, cinta ini telah menjadi alat penghancur jiwa
manusia paling hebat, telah menjadi sumber bahaya yang bisa merusak hubungan kekeluargaan dan rumah tangga.
Adapun apa yang kau dengar dari orang-orang tentang cinta jenis ini, tentang rasa sakit dan kerinduan mereka, itu lain adalah hasil yang timbul dari rasa cemburu dalam diri mereka, sama sekali bukan hasil dari cinta yang seperti mereka kira.
Dan memang terkadang rasa cemburu ini bisa muncul dalam diri mereka, seperti yang saya katakan tadi, dikarenakan mereka terbiasa berhubungan dengan cinta yang telah dijadikan alat untuk merampas dan merusak kehormatan wanita, mereka hidup dalam lingkungan kebebasan yang setiap orang bisa melakukan apa yang mereka inginkan tanpa ada yang menentang.
Seorang gadis tersenyum kepada salah satu pemuda dalam waktu yang bisa membuat mereka saling terlena dalam naungan sayap-sayap romantisme, sebelum akhirnya pemuda itu dikagetkan karena gadis itu juga tersenyum dengan laki-laki lain, pemuda itu akhirnya merasakan sakit hati karena cemburu, rasa sakit itu membuatnya dunia serasa kiamat, kemudian dia mulai menyanyikan lagu-lagu yang menggambarkan perasaan hatinya, dadanya sesak dipenuhi rasa sedih, dia menyangka apa yang dia rasakan adalah bagian dari cinta sejati yang menggelora dalam hati, padahal dia hanya merasakan rasa sakit hati karena cemburu yang
bersumber dari lingkungannya yang buruk.
Sungguh perbedaan antara dua jenis cinta ini sangat kentara bagi orang-orang yang mengetahuinya. Tersiksa akibat cinta yang hakiki itu akan menaikkan jiwa seseorang menuju puncak kebersihan hati dan kerelaan, orang yang mencinta akan merasakan tangis dalam tiap helaan nafas, akan berdendang dengan rasa sakit, menari bersama dengan rindu yang tertanam
dalam hati mereka. Maka dari itu, cinta jenis ini adalah perasaan paling murni yang pernah diketahui oleh manusia, perasaan paling indah yang pernah mekar dalam diri manusia.
Sedangkan rasa tersiksa yang disebabkan oleh kecemburuan, akan mengekang manusia dalam ruang sempit yang mencekik, akan memeras hati manusia dengan seluruh rasa dengki, akan memenuhi kepala manusia dengan pikiran-pikiran buruk yang berupa tipu daya, kebencian dan kejahatan. Maka dari itu, perasaan ini termasuk virus dalam masyarakat, termasuk pengaruh buruk dalam kehidupan bermasyarakat dan juga akan menjadi ancaman bagi kebahagiaan rumah
tangga.
Pemuda itu berkata, dan tampak dari pandangan matanya, saat dia berkata, ada pikiran-pikiran buruk yang ia bungkus dengan sedikit kesopanan: “sepertinya anda memiliki pemahaman yang begitu dalam dan sangatahli dalam masalah percintaan ini, wahai Syaikh?” “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Dia-lah yang Maha memiliki segala sifat terpuji, aku bersyukur kepada-Nya sebagai hamba yang meyakini bahwa dirinya adalah milik Allah dalam susah maupun senang”
Pemuda itu melihatku dengan tatapan ingin mendapat penjelasan lebih Aku berkata padanya: “sudah, apa yang kau dengarkan tadi sudah lebih dari cukup”
Wassalam.