Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa

Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa

Terjemah Kitab Nashoih Diniyyah Karya Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad

Bismillahirrahmanirrahimi, (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Maha Suci Engkau, tiada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam yang menjadikan dakwah kepada kebenaran dan petunjuk kepada kebaikan serta nasihat bagi kaum muslimin sebagai ibadah paling utama dan derajat tertinggi serta tugas terpenting dalam agama. Itulah jalan para nabi Allah yang diutus dan para wali-Nya yang shalih serta para ulama yang beramal, dan memiliki ilmu serta keyakinan yang kokoh.

 

Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan dan pemimpin kita Muhammad rasul yang jujur dan kekasih yang berkedudukan tinggi, penutup para nabi, imam orang-orang yang berTaqwa, pemimpin orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian. Dan juga kepada keluarga serta para sahabatnya yang mukhlis dan tulus serta semua orang yang mengikuti mereka dengan berbuat baik hingga hari kiamat.

 

Amma ba’ du : Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam telah bersabda :

 

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang dintatkannya, Barangsiapa yang hijrahnya ditujukan kepada Allah dan rasul. Nya, ta akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang Injrahnya dintatkan untuk mendapatkan kesenangan duni, atau menikahi seorang perempuan, maka hijrahnya berlangsung menurut apa yang dintatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Nabi shallallahu “alaihi wa sallam, bersabda : “Agama itu nasihat.”

 

Para sahabat berkata : “Bagi siapa, ya Rasulullah ?” Nabi shallallahu ‘aluihi wa sallam, menjawab : “Bagi Allah,

 

Kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin muslimin dan kaum awam mereka.” (HR. Muslim) |

 

Ini adalah sebuah kitab yang kami susun dan kami kumpulkan di dalamnya sejumlah nasihat agama dan wasiat keimanan. Kami maksudkan dengannya untuk memberi manfaat, dengan mengingatkan dan pemberian peringatan bagi diri kita serta saudara-saudara kita yang muslim. Kami telah menyusunnya dengan kalimat yang mudah dan jelas serta katakata yang lancar dan dapat dipahami hingga bisa dipahami

 

oleh kaum khas dan awam di antara kaum mu’minin dan muslimin. Kami namakan kita ini An-nasha-in ad-dinayah wal washaasya ali maniyah.

 

Kita mohon kepada Allah ta’ala agar menjadikannya

 

semata-mata demi mendapatkan ridha Allah Yang Maha Pemurah dan mendekatkan kepada naungan-Nya di dalam

 

surga yang penuh kenikmatan dan membesarkan manfaat dengannya bagi kita serta seluruh saudara kita kaum muslimin. Sesungguhnya Dialah yang melakukan itu dan berkuasa atasnya.

 

Cukuplah Allah sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung. Tidaklah aku mendapat taufik, melainkan dengan kehendak Allah, kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-Nya aku bertobat.

 

Allah ta’ala berfirman : “Wa man ahsanu minallahi hadtitsaa (Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah ?).” (An-Nisaa’ : 87)

 

“Wa man ahsanu minallahi giilaa (Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah ?).” Allah ta’ala berfirman :

 

“Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kepada Allah sebenar-benar Taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Ali Imran : 102)

 

Dalam firman-Nya yang lain : “Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah melunakkan hatimu, kemudian dengan rahmat Allah jadilah kamu orangorang yang bersaudara. Dan ketika kamu telah berada di tepi jurang neraka, maka Allah yang menyelamatkan kamu. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran : 103)

 

“Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang:orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali Imran : 104-105)

 

Firman Allah ta’ala “Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kepada Allah sebenar-benar Taqwa kepada-Nya.” adalah perintah Allah azza wa jalla kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar berTaqwa kepada-Nya dan seakan-akan Allah subhanahu wa ta’ala telah mengumpulkan dalam keTaqwaan itu semua kebaikan yang segera maupun yang akan datang.

 

Kemudian Allah ta’ala menyuruh para hamba-Nya yang beriman dan berTaqwa agar memperoleh kebaikan, kebahagiaan dan keberuntungan sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nyayang beriman, sedangkan Dia amat penyayang kepada orangorang yang beriman.

 

WASIAT TAQWA KEPADA ALLAH

Taqwa merupakan wasiat Allah bagi umat-umat yang terdahulu maupun yang kemudian.

 

Allah ta’ala berfirman : “ Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, berTaqwalah kepada Allah.” (An-Nisaa :131)

 

Setiap kebaikan budi yang segera maupun yang akan datang, lahir maupun batin, maka Taqwa adalah jalan yang menyampaikan kepadanya dan perantara untuk menuju kepadanya. !

 

Setiap kejelekan budi yang segera maupun yang akan datang, lahir maupun batin, maka Taqwa adalah penangkal yang kuat dan benteng yang kokoh untuk menyelamatkan diri dari bahayanya.

 

Allah ta’ala sering mengatakan dalam Kitab-Nya yang mulia bahwa Taqwa itu menimbulkan berbagai kebaikan dan

 

kebahagiaan yang besar. . Pertama, kebersamaan Ilahi berupa pemeliharaan yang lembut.

 

—Firman Allah ta’ala : “Dan takutlah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang berTaqwa.” (Al-Bagarah : 194)

 

(Hal 9 Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa)

 

2

 

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (An-Nisaa’ : 27)

 

Firman Allah ta’ala : “Allah menghendaki kemudahan

 

bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al. Bagarah : 185)

 

Al-Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam Al-Ihya’-nya berkata : Ketika turun firman Allah ta’ala :

 

“Kepunyaan Allah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.” 0 (Al-Bagarah : 281) Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa berat atas hal itu. Maka mereka datang kepada beliau dan berkata : “Wahai Rasulullah, kami dipaksa melakukan sesuatu yang kami tidak mampu melakukannya.” Mereka memahami dari ayat itu adanya tuntutan, sekalipun terhadap bisikan hati. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Apakah kalian ingin mengatakan sebagaimana dikatakan oleh bani Israil ? Kami dengar dan kami durhaka.” Akan tetapi katakanlah : “Kami dengar dan kami taat.”

 

Kami mohon ampunan-Mu, wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami kembali. Maka mereka menirukan apa yang telah diucapkan Rasulullah. Maka Allah menurunkan ayat “Aamanarrasuulu bimaa unzila ilaihi min robbihi wal mu’minuun.”

 

Ayat tersebut menceritakan tentang mereka dan doa mereka sesudahnya bahwa Allah tidak menuntut mereka

 

(Hal 10 Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa)

 

karena lupa dan keliru serta bdak memikuikan beban di atas mereka… hingga akhir ayat. Allah mengabulkan doe mereka dan memberi keringanan serta kemudahan kepada mereka dan menghilangkan kesulitan dari mereka. Maka segala puji yang hanyak bagi Allah.

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hal itu dengan sabdanya : “Dimaafkan dari umatku kekeliruan dan kelupaan serta perbuatan yang mereka dipaksa melakukannya dan apa yang mereka bisikkan dalam hati mereka selama mereka tidak mengatakan atau mengerjakannya.” Dan firman Allah ta’ala : “Wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun”, yakni Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh mati dalam keadaan memeluk Islam. Allah memberitahukan dalam Kitab-Nya bahwa Islam adalah agama yang benar di sisi Allah dan Dia tidak menerima dari seseorang selainnya. Di samping itu Islam adalah agama yang diridhai-Nya bagi rasul-Nya dan para hamba-Nya yang beriman.

 

Allah ta’ala berfirman : “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.”

 

Dalam firman-Nya yang lain : “Dan barangsiapa menginginkan agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran : 85)

 

Dan firman-Nya juga : “Pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agamg bagimu.” (Al-Maaidah : 3)

 

Manusia tidak bisa mematikan dirinya dalam keadaan Islam. Akan tetapi Allah telah menjadikan baginya jalan menuju itu bila ia memeganginya. Yaitu ia tunaikan kewajibannya dan mematuhi apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Ia harus memilih kematian dalam keadaan Islam, menyukai dan mengharapkannya,

 

(Hal 11 Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa)

 

bertekad untuk mencapainya dan membenci kematian dalam keadaan beragama lain. Ia teruy berdoa dengan rasa rendah diri dan memohon kepada Allap agar mematikannya sebagai muslim. Demikianlah Allah menggambarkan para nabi-Nya dan hamba-Nya yang shalih

 

Allah ta’ala berfirman mengabarkan tentang Yusuf bin Ya’gub radhiyallahu “anhu : “Engkaulah Pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih.” (Yusuf , 101)

 

Dan menggambarkan para tukang sihir ketika mereka beriman hingga diancam akan dihukum oleh Firaun, yaitu :

 

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada. Mu).”(AI-A ‘raaf : 126)

 

Allah ta’ala menceritakan tentang Ibrahim radhiyallahu ‘anhu ketika mewasiatkan kepada putranya, dan Ya’gub ketika mewasiatkan kepada putra-putranya agar mati dalam memeluk agama Islam. Maka Allah ta’ala berfirman : “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada putra-putranya, demikian pula Ya gub. (Ibrahim berkata) : “Hai anak-anakku ! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam.” (Al-Bagarah : 132)

 

Seorang hamba harus bersungguh-sungguh memelihara ke-Islamannya. Karena jika tidak, maka hal itu menunjukkan bahwa ia seorang yang meremehkan agama. Oleh karenanya orang muslim haruslah berhati-hati dan waspada.

 

Disamping itu seorang muslim haruslah menjauhi segala maksiat dan dosa, karena semua itu akan melemahkan agama dan merobohkan pondasi-pondasinya, juga akan menyebabkan hilangnya iman, sebagaimana yang terjadi pada kebanyakan orang.

 

Hal 12 Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa

 

Sebagaiman firman Allah ta’ala :” Kemudian akibatorangorang yang melakukan kejahatan adalah (siksa) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu mengejeknya.” (Ar-Ruum : 10)

 

Maka renungkanlah hal itu dan bertekadlah untuk mematuhi perintah-perintah Allah ta’ala dan menjauhi semua larangan-Nya. Jika engkau mengerjakan larangan, maka segeralah bertobat kepada Allah ta’ala dan berusahalah menghindar.

 

Berdoalah untuk selalu memohon kepada Allah husnul khatimah (penghabisan yang baik). Telah sampai khabar bahwa setan berkata :“ Punggungku telah dipatahkan oleh orang yang memohon penghabisan yang baik kepada Allah.”

 

Aku katakan, bilamana seseorang bangga dengan amalnya, aku takut ia terkena cobaan.

 

Perbanyaklah bersyukur kepada Allah atas nikmat Islam karena Islam adalah nikmat teragung dan terbesar.

 

Seandainya Allah ta’ala memberikan dunia beserta isinya kepada seorang hamba, tetapi menghalanginya dari Islam, niscaya hal itu menimbulkan akibat buruk baginya. Namun jika Allah memberi seorang hamba dengan nikmat Islam dan menghalangi dari dunia niscaya hal itu tidak merugikannya. Orang pertama akan meninggalkan dunia dengan su ul khatimah (penghabisan yang buruk), sedangkan orang kedua, meninggalkan dunia dengan husnul khatimah (penghabisan yang baik).

 

Takutiah kalian dengan su’ul khatimah (penghabisan yang buruk). Sesungguhnya Allah sanggup mengubah-ubah hati dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya pula.

 

(Hal 13 Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa)

 

“Demi Ailah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang dari kamu ada yang mengerjakan amalan penghuni surga lencga antara sa dan surga hanya berjarak sehasta. Namun takdwr telah mendahului atas dirinya hingga ia mengerjakan perbuatan penghuni neraka. Dan ada pula seseorang dari kamu yang mengerjakan perbuatan penghuni neraka hingga antara ia dan meraka hanya berjarak sehasta. Namun takdir telah mendahulu

 

atas derinya hingga ia melakukan perbuatan penghuni surga hingga ia masuk surga.”

 

Hadits itu menimbulkan rasa takut yang sangat bagi orang yang berTaqwa dan beristigomah, terlebih pula orang yang berbuat banyak dosa dan kesalahan. Seorang salaf yang shalih berkata : “Demi Allah, tidaklah seseorang merasa aman dari hilangnya iman dalam agamanya.”

 

Para salaf yang shalih rahmatullah ‘alaihim sangat takut kepada penghabisan yang buruk, meskipun mereka memilik amal-amal yang baik dan sedikit dosa.

 

Salah seorang dari meraka berkata : “ Andaikata aku disuruh memilih antara mati di pintu kamar dalam keadaan Islam atau mati syahid di pintu rumah, yakni mati syahid f$ . sabilillah (di jalan Allah), tentulah aku memilih mati dalam keadaan Islam di pintu kamar. Karena aku tidak tahu apa yang akan menimpa hatiku antara kamar hingga pintu rumah.”

 

(Hal 14 Portal Islam, terjemah kitab nashoihud diniyah, makna taqwa)

 

Yang lain berkata kepada saudaranya :” Wahai saudaraku apahnia ajaiku telah tiba, duduklah engkau dekat kepalaku dan perhatikaniah. Jika engkau mendapatiku mati dalam keadaan Islam, maka ambillah seluruh milikku dan juallah, lalu belikan gula (kembang gula/permen, -ed.) dan buah lauz, kemudian bagikan kepada anak-anak. Namun jika engkau mendapatiku mati dalam keadaan selain itu, maka kabarkan kepada orangorang supaya aku dishalati oleh siapa yang mau menyalatiku dengan senang hati.”

 

Ia telah menyebutkan kepadanya beda antara kedua perkara tersebut. Kemudian orang itu berkata : “Ternyata aku melihatnya mati dalam keadaan Islam.” .

 

Maka aku pun melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, yaitu membagikan shadagah kepada anak-anak kecil.

Khutbah Jumat Singkat PDF

Jangan Lupa Share klik

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *