Kumencintai Sahabat-Sahabatmu, Wahai Kanjeng Nabi
oleh: rijal mumazziq z
Saat Perang Badar, ada Ukasyah bin Mihshan, seorang penunggang kuda terbaik, yang bertempur hingga pedangnya patah, lalu Rasulullah memberinya sebatang kayu yang–dalam sebuah riwayat–menjadi pedang tajam yang kemudian dia beri julukan al-‘aun yang berarti pertolongan. Pedang yang dia gunakan dalam berbagai pertempuran hingga ajal menjemputnya saat memerangi Musailamah Sang Pendusta. Dalam riwayat lain, Ukasyah inilah yang didoakan Baginda Rasulullah agar masuk surga tanpa hisab, dan bahkan berhasil menciumi tubuh manusia mulia dengan caranya yang cerdik, beberapa bulan sebelum insan kamil tersebut wafat.
Kemudian saat Perang Uhud, pedang Abdullah bin Jahsy patah, lalu Kanjeng Rasul memberinya pelepah kurma yang bengkok (‘arjun nakhlah). Ketika ia menggenggamnya, pelepah itu berubah menjadi pedang yang dia beri nama al-‘arjun.
Selain itu, ada Hanzalah bin al-Rahib yang jenazahnya dimandikan oleh malaikat; ada Ashim bin Tsabit bin Abu Aqlah yang tubuhnya dilindungi kerumunan lebah saat kaum musyrikin mau memutilasinya; ada Khuzaimah bin Tsabit yang dijuluki Rasulillah sebagai dzu as-syahadatain–pemilik dua kesaksian, karena kejujurannya; ada Sa’ad bin Muadz yang kewafatannya menggetarkan Arasy & tujuhpuluh ribu malaikat turun ke bumi menyaksikan jenazah sesepuh kaum Anshar ini; ada Dihyah bin Khulaifah al-Kalabi yang rupawan sehingga Jibril beberapa kali menemui Rasulullah dalam rupa dirinya; ada Haritsah bin Nu’man yang menjadi pelantun ayat al-Qur’an di surga; al-Hubbab bin Mundzir, pakar strategi perang yang dipuji Rasulullah karena taktik tempurnya yang brilian di Palagan Badar; Muaz bin Jabal, pemimpin para ulama di hari kiamat; Sawad bin Ghaziyah yang dengan alasan qishash bisa memeluk tubuh Nabi sekaligus menciumi perut mulia Baginda Rasulullah menjelang Perang Badar.
Ada juga Khubaib bin Adi yang sebelum dibunuh Uqbah bin Al-Harits, seorang elit Quraisy, melaksanakan shalat sunnah terlebih dulu, kemudian setelah dieksekusi jenazahnya hilang ditelan bumi (bali’ al-ardl); Usaid bin Hudlair yang bacaan al-Qur’annya disimak oleh para malaikat; Sufainah mantan budak Rasulullah yang pernah bercakap-cakap dengan singa; Bilal bin Rabah yang suara terompahnya terdengar di surga; Abdurrahman bin Auf, saudagar jujur di mana Rasulullah pernah bermakmum kepadanya; Ja’far bin Abi Thalib yang berjuluk at-thayyar karena Allah mengganti kedua tangannya yang buntung di Palagan Mu’tah dengan sepasang sayap di surga; Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah yang memimpikan kalimat-kalimat yang diserukan dalam adzan; Abi Dzar yang asketismenya mengantarkan dirinya menjadi orang yang berjalan seorang diri, mati seorang diri dan (kelak) akan bangkit seorang diri, sebagaimana disabdakan oleh Kanjeng Rasulullah pada saat ekspedisi Tabuk; Abu Hurairah sang penimba ilmu Rasulullah; Zaid bin Sahal (Abu Thalhah) yang meminang Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya; Anas bin Malik, abdi ndalem Rasulullah dan atas doa beliau dikaruniai harta melimpah, usia panjang dan keturunan yang banyak.
Hamzah, Singa Allah; Khalid, pedang Allah; Hassan dan Husein, dua penghulu pemuda surga yang di masa kecilnya menunggangi punggung manusia yang telah mencapai sidratul muntaha; Hasan bin Tsabit, Kaab bin Malik, Kaab bin Zuhair bin Abi Sulma, & Labid bin Rabiah al-Amiri, kuartet penyair andalan Baginda Rasulullah; Abu Bakar dan Umar, sahabat, mertua sekaligus pengganti beliau; Utsman dan Ali, sahabat, menantu sekaligus pengganti beliau; Abdullah bin Umar, peniru sempurna perilaku Rasulullah; Abdullah bin Ja’far, keponakan yang gesturnya mirip Rasulullah.
Semoga Allah merahmati beliau-beliau semuanya dan kelak di akherat kita dikumpulkan bersama generasi terbaik ini.
Pemeran dalam Film Omar:
Ghassan Mas’ud (Sidna Abu Bakar)
Samir Ismail (Sidna Umar)
Tamir Arbid (Sidna Utsman)
Ghanim Azzirla (Sidna Ngali)