Khutbah Idul Fitri, Memetik Hikmah Idul Fitri Sebagai Motivasi Mawas Diri

Memetik Hikmah Idul Fitri Sebagai Motivasi Mawas Diri

Oleh : Sofyan Ya’cub, S.Ag

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Bulan Ramadhan yang penuh rahmat, ampunan dan kemuliaan dimana didalamnya Allah turunkan Al Qur’an dan kewajiban berpuasa, kini telah berlalu meninggalkan kita dengan penuh kenangan. Kita melepaskan kepergiannya dengan ucapan takbir, tahlil dan tahmid ….. sebagai ungkapan perasaan gembira dan syukur kepada Allah SWT, atas pertolongan-Nya kita sanggup melaksanakan puasa ramadhan  dan dipagi ini setelah sebelumnya menunaikan zakat fitrah, kita melaksanakan shalat ied mengharap keridhaan-Nya.

Jama’ah sholat Id  rahimakumullah.

Kita merayakan Idul Fitri dengan mengumandangkan kalimat-kalimat toyyibah dan mengagungkan Asma Allah, sebagai pertanda hari kemenangan kita dalam perjuanagan melawan hawa nafsu, melalui ibadah puasa, sehingga saaat ini kita bagaikan terlahir kembali dalam kesucian, menjadi manusia baru dalam kehidupan mental dan fisik. Kemenangan itu diperoleh karena adanya dua kekuatan yang terdapat pada diri orang-orang yang menyempurnakan puasanya :

Pertama : Kekuatan Rohaniah berupa kemampuan mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu yang merusak kesucian hati nurani manusia, yang sering menjerumuskannya kejurang kenistaan.

Kedua : Kekuatan jasmaniah yang terbukti dari ketahanan fisik dalam keadaan lapar dan haus karena berpuasa, kita tetap menjalankan tugas, kewajiban dan aktifitas kita sehari-hari, bahkan kondisi fisik yang lemah itu tidak menghalangi untuk menambah volume ibadah ekstra dimalam harinya.

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Musuh terbesar yang senantiasa dihadapi oleh manusaia bukanlah syaitan, manusia bukan pula lingkungan kita, tetapi musuh itu sesungguhnya adalah diri kita sendiri, hawa nafsu yang tertancap dalam lubuk hati kita, ia menyelinaf mengikuti aliran darah dalam tubuh untuk mencari-cari kelemahan manusia setiap saat untuk diajak mengingkari kebenaran bahkan sampai kepada penanggalan iman seseorang, karena sekarang ini banyak orang yang pindah agama meninggalkan keyakinannya demi kepuasan nafsunya.

Jama’ah sholat Id rahimakumullah.

Kedahsyatan melawan hawa nafsu ini, dikarenakan musuh yang kita hadapi tidaklah nampak jelas dan tidak bisa ditangkap oleh indrawi kita, demikian pula masa perlawanannya tidak mengenal waktu dan batas-batas tertentu. Namun kenyataannya berapa ribu bahkan berjuta-juta manusia hancur dan terhina akibat tidak dapat mempertahankan diri dari serangan dan godaan nafsu tersebut.

Karena bisikan nafsu itulah kawan sekerja, mitra seperjuangan menjadi berseteru, karena nafsu orang kaya kehilangan rasa peduli, para tokoh saling merekayasa, saling menghujat dan saling mencela bahkan salaing menjatuhkan, akibat hawa nafsu itu pula persatuan dan kesatuan bangsa kita terancam pertikaian dan perpecahan.

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Idul Fitri, artinya kembali kepada kesucian, suci dari noda dan dosa setelah berpusa. Dalam hal ini Fitri atau Fitrah mempunyai arti dan makna yang lebih luas, yaitu : Kembali kepada kepribadian manusia yang manusiawi, kembali kepada jalan agama dan kembali keasal kejadian manusia.

Dikatakan Fitrah, kembali kepada kepribadian manusia yang manusiawai, karena dalam diri manusia terdapat sifat-sifat ketuhanan, seperti pengasih, penyayang, penolong dll. Tetapi pada diri manusia juga terdapat sifat-sifat syaitoniyyah seperti ajakan berbuat curang, jahat, munafik, juga sifat-sifat hewaniyyah seperti, sifat buas, egois dll. Keseimbangan dari sifat-sifat itu tidak berjalan secara seimbang sesuai dengan proporsinya yang telah ditunjukan oleh ajaran agama, maka jatuhlah martabat manusia dari makhluk yang paling mulia disisi Allah menjadi manusia yang lebih rendah dari pada hewan, sebagaimana isyarat Allah dalam Al Qur’an Surah An Tin ayat : 4 – 5 :

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya.

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Adapun pengertian Fitrah dengan kaitan Agama, adalah kembali kepada ajaran dan tuntunan agama. Setelah melaksanakan kewajiban puasa dan amaliah ramadhan dibulan suci itu, hendaklah apa-apa yang diperoleh dari latihan dan pengendalian diri berupa hikmah dan peningkatan kualitas taqwa, kiranya dapat mewarnai kualitas keberagamaan kita serta menjadi modal dan potensi yang terus ditingkatkan pada perjalanan selanjutnya setelah kepergian ramadhan, sehingga ajaran dan perintah agama yang telah kita hayati dapat kita amalkan dan bisa menjadi motor penggerak serta penggugah semangat dalam kehidupan kita, baik kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat, untuk selalu berbuat baik dan mempunyai kepekaan sosial, dengan kata lain kita merayakan idul fitri dalam suasana kedamaian dan penuh kebersamaan.

Jama’ah sholat Id rahimakumullah.

Akhirnya makna Fitrah yang berkaitan dengan asal kejadian manusia, ini menggugah kembali ingatan kita tentang asal dan proses kejadian manusia semenjak dari alam arwah, beralih kealam rahim, lalu berpindah kealam dunia dan pasti akan berakhir saat kembali kepada Allah. Manusia yang kembali kepada fitrahnya berarti menyadari keadaan awal kedatangannya di dunia ini dalam keadaan suci tampa noda dan tampa membawa apa-apa :

Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (QS. An Nahl ayat : 78 )

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Anugrah pendengaran yang diterima tidak sekedar untuk mendengarkan suara dan nyanyian alam sekelilingnya, penglihatan yang dimiliki tidak semata-mata untuk melihat keindahan alam semesta, hati dan akal fikiran tidak hanya untuk memikirkan kepentingan pribadi, akan tetapi difungsikan untuk tujuan-tujuan yang lebih bermanfaat, untuk pengabdian kemanusiaan dan pendekatan kepada Tuhan.

Telinga bisa menjadi peka terhadap suara hati nurani masyarakat, mata senantiasa jeli untuk dapat melihat mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram. Hati nuranipun selalu berbisik dan menggerakkan akal fikiran untuk mau berbuat sesuatu yang memberi manfaat dan mengajak dirinya menjadi manusia  yang lebih mempunyai makna.

Allah SWT. Telah memperingatkan kepada manusia melalui firman-Nya pada surah Al A’raf ayat : 179 sebagai berikut :

Artinya : Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka Jahannam kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Jama’ah sholat Id rahimakumullah.

Ada baiknya kalau kita pada saat ini merenungi dan mentafakkuri serta kembali mengingat berapa banyak saudara-saudara kita yang kelaparan, yang tidur dibawah kolong jembatan, berapa banyak anak-anak kita yang mengadu nasib dipinggir jalan menjadi pengemis dan meminta-minta, berapa banyak anak-anak kita yang sedang sendiri, sebatang kara tak punya sanak saudara dan famili, tak tahu dimana ayah dan bunda, tiada tempat meminta, mengadu dan mencurahkan kasih sayang.

Satu contoh misalnya kejadian yang terjadi pada seorang anak pengungsi menjelang Idul Fitri, seorang anak wanita belasan tahun umurnya, berada disalah satu tenda pengungsian dengan dinding-dinding kain seadanya, bila malam tiba, hawa dingin terasa menusuk-nusuk tulangnya, tapi apa mau dikata, itulah tempat tinggal sementara yang ditempatinya setelah mengungsi dari kampung halamannya.

Malam itu, hujan turun dengan derasnya, angin bertiup kencang hingga tenda pengungsian bergoyang hampir runtuh dibuatnya, gadis kecil itu terbangun, lalu menanai tetesan air hujan agar tidak membasahi tubuh adiknya yang tertidur pulas disampingnya, ketika hujan mulai reda, ia duduk berpangku lutut, mengingat betapa terhina dan malangnya nasibnya, lalu dipandang dan dibelainya sang adik tercinta satu-satunya itu yang pulas tidur diatas tikar butut, berbantalkan pergelangan tangan, bergulingkan kehampaan, berselimutkan embun dingin yang dibawa oleh hembusan angin malam, tak terasa matanya mulai berkaca-kaca, air matanyapun membasahi pipinya.

Alunan suara Takbir, Tahmid dan Tahlil bersahutan sayup-sayup terdengar dari kejauhan, seakan-akan suara itu menyeyat jiwanya, menusuk sampai kehati sanubarinya, seakan mencabik-cabik perasaannya. Ketika terbayang dimatanya saat-saat bahagia bersama sang ayah dan bunda, berkumpul dengan sanak saudara dihari Raya Idul Fitri, semua terasa sangat membahagiakan, semua terasa sangat menyenangkan, bermain bersama teman-teman memakai pakaian yang serba baru, makan makanan yang lezat dan nyaman. Tapi kini semua itu sudah sirna, hanya tinggal cerita dan kenangan belaka, kini ia hanya berada dalam kepedihan, penderitaan dan air mata.

Mana kala sang kakak menangis terisak-isak, rupanya sang adik tersentak bangun dari tidurnya, karena perutnya tersa lapar dan pedih, ia panggil sang kakak “ Kak saya lapar, perut saya pedih“ Sang kakak bangkit mendekatinya, ia peluk adiknya erat-erat, ia cium dahi dan keningnya, lalu ia belai rambutnya dengan penuh kasih sayang, sambil merayu ia berkata : bersabarlah wahai adikku, wahai buah hatiku, saat ini kita tak punya apa-apa, saat ini kita tak punya siapa-siapa, andai ayah dan bunda kita masih ada, andai mereka masih bersama kita, mungkin kita tak seperti ini dalam duka, penderitaan dan air mata…. Ya Allah berilah kami yang lemah dan hina ini kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup ini.

Jama’ah sholat Id rahimakumullah.

Demikian rekaman sandiwara kehidupan satu efisode yang kita tayangkan dipagi hari ini, disadari atau tidak, diterima atau tidak, bahkan mau percaya atau tidak, ada ribuan jumlahnya orang-orang miskin yang senasib dengan derama kehidupan anak yatim tersebut. Karena itulah Islam sebagai agama yang mulia dan sempurnya, mendidik ummatnya agar merasakan langsung lapar dan dahaga dari pengalaman ramadhan sebagaimana yang dirasakan oleh orang fakir dan misakin serta para du’afa lainnya.

Lewat ibadah puasa yang kita laksanakan selama sebulan penuh, lalu merealisasikan apa yang kita rasakan dengan memberikan bantuan kepada mereka, lewat perintah zakat, infak dan sadaqah yang baru saja kita tunaikan sebagai saranya untuk mengurangi penderitaan dan peneduh hati dan jiwa mereka.

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Kandungan hikmah, keberkahan dan kesucian bulan ramadhan tentu membawa berbagai pengaruh mental rohani dan fisik kita kearah yang lebih baik dan berkualitas sebagai muslim yang taqwa dan berkepribadian yang utuh. Pengaruh-pengaruh itu akan menjadi jelas dan dapat kita rasakan manakala pada saat kita merayakan Idul Fitri seperti sekarang ini, kita mampu mengadakan koreksi diri, sejauh mana kita telah berbuat, sudah optimalkah upaya kita didalam meraih target puasa sebagai peningkatan ketaqwaan, puasa dapat menghapus dosa, mendatangkan ampunan dan pahala besar, dan mampu merasakan penderitaan orang lain sehingga mau memberi meskipun nilainya kecil.

Melakukan puasa berarti menggembleng daya kesabaran yang merupakan kekuatan bathin untuk mengendalikan diri dan mawas diri dalam pergaulan hidup masyarakat modern yang mudah timbul gejolak-gejolak sosial, lebih-lebih dilingkungan masyarakat perkotaan yang sarat dengan berbagai problema, dari masalah ketatnya persaingan hidup, kesenjangan sosial, budaya konsumerisme dll. Maka sikap sabar dapat menjadi benteng penyelamat diri dari segala rongrongan dan godaan serta tantangan zaman.

Maka bila setelah kita melepas kepergian ramadhan ini, ternyata pada masa-masa mendatang sikap dan amal perbuatan kita semakin positip bagi kehidupan pribadi dan masyarakat, ini membuktikan bahwa kita benar-benar telah meraih kemenangan dan memperoleh hikmah serta keberkatan bulan suci ramadhan sekaligus mampu memetik hikmah Idul Fitri sebagai motivasi mawas diri.

Allahu Akbar 3 X Walillahilhamd.

Akhirnya, marilah kita sambut suasana Idul Fitri yang mulia ini dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan. Kita hapus perasaan dendam, benci, iri dan dengki. Kita redam segala macam kecongkakan, kesombongan, kemegahan dan ketidak ikhlasan. Kita singkirkan sikap mementingkan diri sendiri dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya dan menggantikannya dengan sifat-sifat mahmudah.

Demikianlah khutbah Idul Fitri yang dapat saya persembahkan, dengan ucapan selamat jalan Yaa Ramadhan semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan, petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semu dengan harapan dan do’a semoga kita semua masih diberikan kesempatan berjumpa dengan ramadhan dan menatap 1 yawal tahun yang kan datang.

 Amien 3X Yaa Rabbal ‘Alamiren.

Jangan Lupa Share klik

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *