مَا مِنْ عَبْدٍ إِلَّا وَلَوْ أَمْعَنَ النَّظَرَ فِي أَحْوَالِهِ رَأَى مِنَ اللهِ نِعْمَةً أَوْ نِعَمًا كَثِيْرَةً تَخُصُّهُ لَايُشَارِكُهُ فِيْهَا النَّاسُ كَافَّةً
بَلْ يُشَارِكُهُ عَدَدٌ يَسِيْرٌ مِنَ النَّاسِ وَرُبَّمَا لَا يُشَارِكُهُ فِيْهَا أَحَدٌ،
وَذَلِكَ يُعْتَرَفُ بِهِ كُلُّ عَبْدٍ فِي ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ :
فِي العَقْلِ وَالخُلْقِ وَالعِلْمِ
Tidaklah seorang hamba kecuali – jika kita amati secara seksama pada keadaannya – ia melihat dari Allah sebuah nikmat atau banyak nikmat yang dikhususkan padanya tidak ada seluruh manusia yang bisa menyamainya, namun hanya ada segelintir dari orang orang yang bisa menyamainya bahkan mungkin tidak ada yang bisa menyamainya seorang pun, dan (sepesiaslisasi / kekhususan) itu setiap hamba dikenal dalam tiga perkara :
Akal, Rupa, dan ilmu
كتاب إحياء علوم الدين الجزء الرابع