Humor Gus Baha’
Gus Baha’ pernah beberapa kali bilang kalau kalah dengan orang awam. Ceritanya:
Saya ini punya tetangga temperamental. Kalau bertengkar pasti bawa parang. Tetangga resah, minta kepada saya agar menasehati orang tersebut. Ya saya nasehati, kalau bertengkar mbokya nggak usah bawa parang, bikin orang takut.
Apa jawabnya?
Njenengan enak gus. Sudah jadi kiai. Nggak marah pun orang juga segan. Lha saya ini awam, kalau nggak bawa parang, orang ya nggak takut!
Khakhakhakha
Di pondok, ada santri tempramen. Sedikit kesenggol pasti marah. Oleh sahabatnya, yang merupakan anak kiai besar, dinasehati agar jangan gampang emosi. Keinjak kakinya saja kok langsung marah.
Apa jawabnya?
Njenengan enak gus, setiap orang sopan kepada njenengan. Wajar kalau bisa membalas kesopanan mereka. Lha kulo niki mboten ngertos rasane disopani….(saya ini nggak pernah tahu rasanya dihormati).
Banyak orang menghormati Imam Syafi’i, tapi banyak pula pembencinya, meskipun di depan beliau, orang ini mencium tangan Imam Syafi’i. Di belakangnya menjelek-jelekkan beliau. Santrinya datang melaporkan ulah orang tersebut.
Apa jawab Imam Syafi’i?
Ya bagus lah, berarti aku berwibawa di hadapannya. Sebab dia tidak berani di hadapanku. Lebih bagus lagi, dia nggak bakal berani hutang uang kepadaku.
Khakhakhakha
—Perjalanan Surabaya-Jember. Full nyimak Gus Baha’—