GURU PENDIDIK, BUKAN CUMA PENGAJAR
✍️ Oleh : MUHAMMAD ASSAEWAD MA
(Pengamat Pendidikan)
Dulu waktu saya nyatri di Dalwa (Darul Lughah Wad Dakwah) daerah Raci Bangil.
Suatu hari saya pernah ketakutan masuk kelas, karena tidak memiliki kitab Siroh Nurul Yaqin. Dibenak saya berpikir lebih baik membolos daripada dimarahi guru (ustadz) dan dipermalukan di kelas.
Tapi entah kenapa tiba-tiba saya teringat pesan orang tua, “Patuhi aturan pondok dan muliakan semua guru pondok, maka ilmumu akan bermanfaat.”
Saya pun masuk kelas, menghindar duduk di belakang sambil menahan keringat dingin. Seketika guru saya bernama Ustadz Hasan Basri datang dan bertanya, Ya Muhammad, Mana kitabmu?? Kenapa tidak dibuka?”
Menjawab sambil terbata-bata dan rasa ingin menangis ketakutan, apalagi di tangan beliau ada sebilah rotan, saya menjawab : “Gak punya, Tadz… belum beli karena belum dapat wesel (kiriman uang)…tadz..” 😭
Sambil tersenyum, tanpa memecut Ustadz Hasan Basri berkata :
“Nanti kalau ada uang, beli yaaa…” 😊
Singkat cerita, lonceng berbunyi dan jam makan siang, Ustadz Hasan Basri memanggil saya, dihadapan sahabat baiknya Ustadz Muntaha beliau memberikan Kitab Siroh Nurul Yaqin bekas perasaan hati saya seperti ketiban uang dari langit, dan kitab kesayangan itu saya tulis dengan font besar HADIAH DARI GURUKU.
Dari situlah yang berpikir, andai ustadz saya hanya seorang penagajar, beliau pasti akan memarahi, menghukumi atau memukul saya karena saya dianggap lalai mata pelajarannya.
Tapi beliau memberikan solusi dengan memberi kitab yang belum saya miliki serta menasehati dengan santun, Yang rajin belajarnya, jangan suka softoh (bercanda: pen) di kelas.
Begitulah tehnik dan etika guru-guru kami di Dalwa, itu sebagai bias dari bimbingan tangan mulia guru besar kami Abuya Hasan Baharun kepada mereka. Hingga mereka bukan sekedar jadi guru pengajar, akan tetapi lebih mendidik dan membimbing kami. Jadi jangan heran dan tidak berlebihan, bila ada santri Dalwa menganggap Guru-gurunya sebagai Murabbi Ruuhi wa jasadi… (Sebagai guru pembimbing ruh dan jasadku).
Tulisan ini saya berbagi kepada para dewan guru dan asatidz juga untuk menasehati diri alfagir secara pribadi. Jadilah guru pendidik ( pembimbing), jangan hanya jadi guru pengajar. Karena guru pembimbing akan dikenang sepanjang hayat.
Ya Allah…
Ampunilah dosa-dosa kekurang ajaran kami kepada guru-guru kami…
Tinggikanlah derajat guru-guru kami…
Jadikanlah ilmu kami bermanfaat dunia dan akhirat…Aamiin