Definisi Taqwa, apa arti taqwa ?

Taqwa adalah wasiat Allah swt kepada seluruh para nabi dan seluruh para rasul, dan takwa itu juga wasiat para nabi dan para rasul itu sendiri kepada seluruh umatnya, begitu pula taqwa adalah wasiat Nabi kita Muhammad saw untuk seluruh umatnya, orang yang bertaqwa adalah orang yang berbahagia.

Orang yang bertaqwa merupakan orang yang jauh daripada problematika kehidupan, orang yang bertakwa adalah orang yang dijamin oleh Allah keamanannya, kemudahan urusannya tanpa beban, tanpa masalah, tanpa sesuatu yg menyusahkan dan meresahkan serta menggalaukan pikirannya, orang yang bertaqwa adalah orang yang hampir dikatakan dia tidak pernah mengalami kesulitan, semua kesulitan dimudahkan, Sehingga begitu banyak pujian-pujian Allah dalam Al-Quran terkait dengan taqwa, disebutkan dalam Al-Quran :
وَمَنْ يَتَّقِ الله يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا, وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah Allah berikan kepadanya jalan keluar dan memberikan rezeki yang tidak disangka sangka Orang yang bertaqwa kepada Allah maka Allah akan menyediakan untuknya segala macam kesulitannya itu disiapkan solusinya, sehingga dimudahkan urusannya, dilapangkan rezekinya diringankan beban nya, semuanya itu tanpa direncana, tanpa dia capek-capek, tanpa dia itu mengerahkan mengorbankan banyak energi, itu orang yang bertaqwa, kenapa demikian?

Jadi sebelum kita itu bahas kenapa demikian, kita harus tahu dulu taqwa itu apa, Nabi kita Muhammad saw berapa banyak beliau itu berpesan kepada sahabat-sahabatnya untuk bertaqwa, dan setiap yang ingin memberikan ijazah kepada muridnya pasti wasiat yang pertama diucapkan oleh si alim, si kyai itu, si habib itu, si guru itu kepada muridnya adalah
أُوْصِيْكَ وَ نَفْسِي بِتَقْوَى الله

Begitu pula setiap khotib Jumat di atas mimbar dalam Khutbah Jumat selalu mengatakan dan berwasiat dengan bertakwa kepada Allah, bahkan kalau tidak ada wasiat taqwa kepada Allah tidak sah khutbahnya, tidak sah khutbahnya tidak sah jumat nya, Apa itu taqwa?

taqwa itu adalah sebuah kata yang sangat padat maknanya, taqwa itu sebenarnya sebuah kesimpulan dari sifat-sifat yang mulia yang terkait dengan habluminallah yang terkait juga dengan hablu minannaas, Habluminallah habluminannas itu artinya taqwa, banyak para ulama berbeda pendapat di dalam definisi taqwa itu, Akan tetapi kebanyakan semua mengacu kepada satu ibarat, Itu yang mudah, Taqwa itu adalah إمتثال أوامر الله واجتناب نواهيه, taqwa itu adalah melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, Jadi bisa jadi taqwa itu bukan cuma kesimpulan tapi bisa jadi mutu kehidupan, Bukan cuma mutu kehidupan tetapi sebuah ketetapan yang disebutkan di dalam Al-Quran oleh Allah Ta’ala

وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ الله تَبْدِيلًا

Kalian tidak akan dapatkan di dalam sunnahnya Allah terkait dengan yang ada di dunia ini perubahan, Tidak bakal ada, Sebuah ketetapan yang terlaksana, Apa itu? Orang yang bertaqwa seperti yang disebutkan tadi, orang yang dimudahkan urusannya, orang yang menggapai semua keinginannya, orang yang menggapai segala citanya,

Bahkan Allah memberikan padanya daripada rizki yang hissy maupun yang ma’nawi min haitsu laa yahtasib, Kalau rizki hissy jelas ya, dapat rumah, dapat mobil, dapat uang melimpah dan sebagainya tanpa dinyana-nyana tanpa diduga-duga tanpa melalui sebab-sebabnya, Orang mau cari uang kerja dulu, buka toko dulu, menjaring dulu, mengorbankan energi dulu baru kita dapatkan, Tapi orang bertaqwa, Allah berikan jalan-jalan yang tidak di duga, Oleh siapa? Bukan Cuma dirinya, oleh semua manusia tidak menduga,

Oleh karena itu, auliya’ adalah orang-orang yang bertaqwa, Mereka itu sama sekali tidak pernah takut untuk kehilangan rizki, tidak takut sampai kehilangan kesempatan mendapatkan dunia, Kenapa? Orang bertaqwa, Jadi ketaqwaan itu kaitannya dengan keimanan sangat erat, Orang yang beriman pasti bertaqwa, Orang yang bertaqwa pasti beriman, Tapi antara keduanya ada tingkatan-tingkatan,

Taqwa itu ada tingkatannya, Sama seperti keyakinan, Sebesar apa ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala, maka sebesar itulah keimanan kita kepada Allah, Jadi kadar ketakwaan kita menentukan kadar keimanan, Tambah banyak taqwa kita tambah banyak iman kita, tambah tebal, tambah kokoh, Tambah kurang taqwa kita maka tambah tipis dan tambah berkurang keimanan kita,

Jadi taqwa itu ya, sebab dan akibat, Sebab taqwa kita dimudahkan urusan, sebab taqwa kita mendapatkan kebahagiaan, sebab taqwa kita berada dalam keadaan yang semua orang yang mungkin ya dalam keadaan yang semacam dia, dia tidak mampu tidak sanggup untuk menjalani kehidupan yang semacam itu, Tapi bagi orang yang bertakwa itu adalah sebuah hal yang ringan, Itu berkat taqwa,

Oleh karenanya, Imam Ali mengatakan taqwa itu adalah ar ridho bil qoliil (menerima dengan yang sedikit), Artinya qana’ah, apa yang diberikan Allah Ta’la itu yang terbaik, Oleh karenanya, kalau sudah urusan dunia maka yang kita lihat, yang kita pandang, yang kita saksikan jangan yang lebih tinggi Kenapa? Karena dunia ini tempat yang akhirnya itu bakal punah, bakal sirna, bakal habis, Sehingga jangan kita lihat yang lebih tinggi, Kita lihat yang paling minimal yang paling sedikit supaya kita bersyukur karena bukan orientasi dunia ini,

Oleh karenanya, Nabi Muhammad SAW mengatakan لَهَا يَجْمَعْ مَنْ لَا عَقْلَ لَهُ yang mengumpulkan dunia untuk dunia bukan untuk akhirat, mencarinya bukan untuk urusan akhirat, dia mengumpulkan dunia bukan untuk urusan akhiratnya, bukan sebagai perantara untuk mendapatkan akhiratnya yang semacam ini kata Nabi adalah orang tidak berakal,
Oleh karenanya, urusan dunia jangan dilihat yang paling banyak tapi dilihat yang paling sedikit, Kenapa? Karena dunia itu tidak akan dibawa, Paling banyaknya orang punya dunia justru dia adalah orang yang paling terbebani, Kenapa? Mohon maaf, tentunya orang kaya itu kan pakai aksesoris Mahal-Mahal, cincinnya Mahal, jamnya Mahal, sarungnya Mahal, pakaiannya Mahal, kendaraanya Mahal, Biasalah kan ya orang kaya kan, bisa membeli segala hal yang dia inginkan,

Tapi Subhanallah, begitu dia meninggal semuanya dicabutnya, semua diambilnya, Tidak diperkenankan oleh ahli warisnya walaupun misalnya mengambil 1 bantal diisi uang untuk tempat tidurnya kelak nanti dikuburnya tidak bakal dibiarkan, Jangankan itu, cincin bahkan dilepas, Sulit di lepasnya, dikasih minyak biar lepas, Itu yang terjadi biar kita paham,

Makanya Nabi SAW memberi gambaran kepada kita urusan dunia itu, jangan lihat yang lebih tinggi, Lihat yang lebih rendah, Karena apa? Karena dunia itu orang kafir dikasih, orang fasiq dikasih, preman pun juga dikasih, orang yang ahli maksiat juga dikasih, Tapi kalau taqwa tidak diberikan kecuali pada orang-orang yang dicintai Allah, Jangan lihat, Jadi artinya apa? Kemuliaan? Harta benda kemuliaan? Bukan kemuliaan yang di atas segala-galanya, Sesuatu yang rendah, Oleh karenanya kata Nabi SAW bersabda :
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّه جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْها شَرْبَةَ مَاءٍ

Kalau seumpama dunia seisinya ini dan perhiasannya, hotel berbintangnya, mobil lamborghininya atau apalagi mobil apa yang bagus, mobil mercy, motor gede, rumah yang miliaran harganya bahkan ratusan miliar itu semuanya kalau seumpama berharga dimata Allah seharga satu sayapnya nyamuk maka tentunya Allah tidak akan memberikan satu tegak minum pun kepada orang kafir,

Tapi ternyata Allah Ta’ala tidak memandangnya, tidak menilainya bahkan satu sayapnya nyamuk tidak, Sehingga diberikan kepada siapapun, إِنَّ اللهَ أَعْطَى دُنْيَا لِكُلِّ أَحَد حَتَّى لِعَدُوِّهِ Allah Ta’ala memberikan dunia kepada semua orang bahkan kepada musuhnya dikasih, وَلَا يُعْطِى تَقْوَاهُ وَ رِضَاهُ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّه Tapi tidak diberikan ketaqwaan, tidak diberikan keridhoaan daripada Allah SWT kepadanya kecuali bagi orang yang dicintai-Nya,

Oleh karenanya, Nabi SAW bilang kalau dalam urusan dunia, jangan lihat yang lebih tinggi, Tapi lihat yang lebih rendah, Supaya apa? Supaya kita tidak rugi banyak, tidak terbebani banyak, Itu artinya arridho bil qolil wal khouf minal jaliil, takut kepada Dzat Yang Maha Agung, Siapa dia? Allah, Takut dalam arti sebenarnya,

Shalat dalam keadaan takut, puasa dalam keadaan takut, jalan-jalan kemana-mana dalam keadaan takut, baca Quran dalam keadaan takut, Tau kan takut? Pernah merasakan takut tidak? Itu jadi biar kita gambarkan, Orang itu kadang-kadang cuma ngomong doang takut, Taqwa itu artinya takut, Tapi dia tidak merasakan takut, Takut itu kan banyak, Takut pocong, takut binatang buas, takut rambur rontok, takut tidak bisa makan, takut sakit, takut Corona, Itu semua kan takut itu, Sebesar apa takutnya? Sebesar apa yang pernah kita rasakan takut yang luar biasa itu, Kalau kita tidak takut kepada Allah melebihi daripada ketakutan kita kepada semua yang pernah kita takuti kepadanya, maka berarti kita bukan orang yang bertaqwa, Tinggal bandingkan aja,

Jadi takut gak kita? Takut gagal, takut etidak sukses, takut etidak kabul hajat, takut gak dapat dan lain sebagainya, Semua ketakutan-ketakutan itu bandingkan sebesar apa ketakutan kita kepada Allah dan sebesar apa ketakutan kita kepada selain Allah,

Coba lihat orang yang takut kepada Allah itu seperti apa, Datuknya para habaib, beliau bernama Sayyidina Ali Zainal Abidin, Sayyidina Ali Zainal Abidin adalah cucunya Nabi yang sebelum lahir sudah disebutkan oleh Nabi,

Suatu waktu pernah Sayyidina Husein radhiyallahu ‘anhu wa ardhoh wa askanana wa iyyahu fasiihal jinaan ya hannan ya mannan beliau berada di pangkuannya Nabi SAW, Sampingnya ada sahabat Abu Hurairah, Maka beliau katakan, “Abu Hurairah, nanti anakku Husein ini (umurnya masih 2 tahun) dia kan punya anak namanya Ali, Ali itu adalah ahli ibadah yang paling besar, yang paling hebat, yang paling banyak ibadahnya kepada Allah Ta’ala, Nanti Ali itu dia akan punya anak namanya Muhammad, Dia adalah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi, Kalau engkau bertemu dengan keduanya wahai Abu Hurairah, sampaikan salamku kepada keduanya”,

Sebelum lahir sudah disampaikan salamnya dari datuknya Nabi Muhammad kepada keduanya, Coba lihat, Mari kita belajar untuk meyakini bahwasanya semua yang datang daripada Nabi Muhammad SAW itu benar, tidak mungkin salah, tidak mungkin luput, pasti sesuai dengan yang diucapkan,

Suatu waktu pernah Imam Ali karomallahu wajhah dia dalam keadaan tidur di masjid, Maka dia itu bangun, banyak debunya, Sehingga kata Rasulullahقُمْ يا أبا التراب sehingga dia dijuluki أبا التراب , Maka kemudian dipeluknya oleh Nabi, diciumnya di sininya, Setelah dicium disininya, apa katanya Nabi SAW? Rasulullah berkata “Wahai Ali, di sini musuhmu itu akan membunuhmu, Di sini akan menyebabkan darah yang kemudian akan memerahkan jenggotmu”,
Subhanallah apa yang disampaikan oleh Nabi tepat, tidak luput, Ketika suatu malam Sayyidina Ali seperti biasanya, Beliau amirul mukminin, kalau sekarang ini presiden, Tapi walaupun presiden, dia yang pertama kali yang masuk masjid, Untuk apa? Mendekatkan diri kepada Allah, sholat tahajud,

Ketika dia masuk ke sana, ada 1 orang yang datang, yaitu yang membunuh Imam Ali itu, yang kemudian dia itu mengambil pedangnya, lalu dipukulkan ke kepala Imam Ali tepat di sini, yang menyebabkan jenggotnya itu menjadi merah, Seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW,

Subhanallah Sayyidina Husein radhiyallahu ‘anhu wa ardhoh beliau punya anak itu banyak sampai belasan, Ketika terjadi perang Karbala, hampir semuanya meninggal, Bahkan yang terakhir meninggal di antara anak-anaknya adalah Abdullah Al Akbar, yang masih bayi, yang masih merah, yang semalaman suntuk dia itu menangis, Kenapa? Karena kelaparan, Kehausan, Mau nyusu ke ibunya, tapi tidak keluar karena mereka itu tidak diberi makanan dan minuman,
Diblokade keluarganya Nabi, cucunya Nabi, Sampai akhirnya menangis terus, sepanjang malam, Sehingga pagi harinya, ketika terjadi lagi duel antara pasukan Imam Sayyidina Husein dengan mereka para pengkhianat itu, maka Sayyidina Husein mengatakan, “Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, Berikanlah sedikit kasih sayangmu kepada kami, Aku minta satu tetidak air, Berikan kepada anakku yang masih bayi ini, Dia menangis semalaman karena kehausan”,
Bukan air yang diberikan, tapi busur panah dilepaskan dan tepat menembus ke lehernya, berada di tangan Sayyidina Husein lalu meninggal dunia, Tinggal Sayyidina Ali anaknya, semuanya meninggal, Kenapa Sayyidina Ali tidak meninggal? Apakah dia yang paling kecil? Yang paling kecil yang meninggal tadi, Beliau tidak yang paling kecil, bahkan pada waktu itu umurnya 16 tahun, Kenapa beliau itu tidak mati?

Karena disebutkan oleh Nabi, bahwasanya dia akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya di dunia, Sebelum itu terlaksana gak bakal meninggal, Karena apa? Nabi Muhammad صادق المصدوق لا ينطق عن الهوى إن هو إلّا وحي يوحى , Jadi tidak mungkin,

Subhanallah pada waktu itu beliau itu kena penyakit semacam malaria, Jadi kayak lumpuh badannya, Sehingga beberapa kali, ketika dia itu mendengar suara dentingan pedang, maka dia itu langsung berdiri bangkit mengambil pedangnya untuk membantu ayahnya, tapi kemudian dia jatuh pingsan, Dan begitu seterusnya sampai diselamatkan oleh bibinya, Sayyidatuna Zainab sampai Sayyidina Husein meninggal dunia dalam keadaan Sayyidina Ali sakit, sehingga dia termasuk yang selamat,

Dari Sayyidina Ali Zainal Abidin inilah, kemudian cucunya Nabi dari golongan Sayyidina Husein semuanya itu sampai sekarang habaib ini ada, itu dari 1 cucunya Nabi melalui melaui Sayyidina Husein,

Sayyidina Ali Zainal Abidin, setiap kali beliau itu mau mengambil air wudhu itu, wajahnya pucat, Kenapa pucat? Karena takut, Jadi ketakutan itu bisa menyebabkan rambut yang hitam jadi putih, Begitu pula ketakutan yang minimal, untuk kita itu maksimal, tapi bagi mereka-mereka itu minimal, Menjadikan wajah itu jadi putih, alias pucat,

Sehingga pecinta-pecinta Sayyidina Ali Zainal Abidin kemudian dia mendekat kepada beliau, Mereka bertanya “Wahai Imam, kenapa kami perhatikan setiap kali engkau akan mengambil air wudhu pasti wajahmu itu pucat? Apa yang terjadi?” Apa jawaban beliau? “Tidak tahukah kalian sebentar lagi aku akan berjumpa dengan siapa? Aku akan bertemu dengan siapa? Aku akan menghadap kepada siapa? Kepada Robbul ‘alamiin, “

Itu rasa takut yang luar biasa, Padahal dia seorang habaib, seorang dzuriyat Nabi, Tapi rasa takutnya luar biasa, Dia lebih takut kepada Allah daripada api, Api itu sudah pernah mencobanya,

Suatu waktu, ketika Sayyidina Ali Zainal Abidin dalam keadaan shalat, masjidnya itu terbakar, sehingga semua orang-orang di luar sana berteriak, “Wahai cucu Nabi, keluarlah! Api di mana-mana!” Maka beliau mulai sadar setelah beliau khusyu’ dalam sholatnya, Sampai begitu selesai, dia kaget loh kok panas, kok banyak api, Baru dia keluar,

Coba lihat, dari saking takutnya kepada Allah, maka terabaikan rasa takut yang lain-lainnya itu, Ini namanya taqwa itu seperti ini, Dan taqwa ini sebuah rasa yang ada di dalam dada, yang ditakuti Allah, Karena apa? Allah yang Maha Agung, Allahu Akbar, Allah Yang Maha Agung, Allah Yang Maha Besar, Allah yang patut untuk kita takuti,

Kalau kita itu merasa hutang budi kepada satu orang yang dia itu membayarkan untuk kita semua keperluan kita, Allah yang mengatur kita semuanya, Allah yang menyediakan semuanya, Allah ngasih oksigen kita itu bisa bernafas, Allah yang ngasih, Allah ngasih ketampanan wajah, Allah yang ngasih, Allah ngasih anak-anak yang Masya Allah semuanya, Allah yang ngasih, Allah ngasih kita itu masih bisa makan, minum menikmatinya, Allah yang ngasih, Allah memberikan semua kemuliaan, Allah yang ngasih,

Tapi Allah yang seperti itu, kita tidak pernah perhatikan, Yang diperhatikan orang terus, Apa katanya orang, Apa katanya Allah, tidak dipikirkan, Selalu cuma malu kepada orang, Tidak enak sama orang, tidak enak sama Allah tidak dipikirkan, Lebih tidak enak kepada siapa? Kepada Allah yang menyiapkan segala sesuatunya, atau kepada orang yang semua orang itu tergantung kepada Allah?

Allah berkehendak, pasti orang itu merealisasikan apa yang kita inginkan, Tapi kalau Allah tidak berkehendak, tidak terlaksana, Justru kepada media, kepada wasilah kita itu takut, kepada Allah justru kita tidak takut, Nah itulah yang terjadi, Taqwa yang semacam ini yang ada semacam ini, yang harus kita tempatkan, harus kita sematkan dalam dada kita, Kita takut pada Allah,

مَنْ خَافَ اللهَ خَافَهُ كُلُّ شَيْءٍ
Kata Nabi SAW, orang yang takut kepada Allah, maka semuanya akan takut kepada dia, Karena apa? Jadi imbasnya, biasan cahaya ketakutan yang ada pada dirinya, berkat daripada pandangan Allah ke dalam hatinya, membias sampai keluar, Sehingga orang itu begitu dia jalan, maka binatang pun tahu, makhluk-makhluk tertentu itu tahu, Sehingga mereka jadi takut pada orang tersebut,

Itu sebabnya kenapa orang bertakwa itu orang yang ditakuti dengan sendirinya, Ada Imam Hasan Al-Bashri, Hasan Bashri atau julukannya Imam Bashri, dia salah satu dzuriyat Nabi, tapi terputus sudah keturunannya, Imam Bashri ini saudaranya Imam Jadid, Imam Jadid ini saudaranya Imam Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir ilallah, Jadi dari 3 keturunannya ini, keturunan Jadid dan keturunan Bashri pada abad ke-6 sudah tidak ada lagi, Tapi keturunannya Alwi terus, Makanya keturunannya disebut Al Ba’alawi, keturunan Alawi,

Imam Bashri ini adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah, Suatu waktu raja itu berkata begini, “Kumpulkan orang yang paling bertakwa di antara para ulama”, Dari 200 ulama dipilih 10, dari 10 dipilih 3, dari 3 dipilih satu, Siapa? Imam Bashri ini,

Maka kemudian raja ingin mengujinya, Dikirimlah seorang wanita yang cantik, Dia itu biasanya rumahnya itu didatangi oleh orang untuk minta doa, Orang sakit minta doa karena terkenal dengan kesalehannya, Maka dia didatangi perempuan sama ibunya, Begitu datang, langsung dibuka semua bajunya, Apa yang terjadi? Maka dia itu dilempar dengan siwaknya, Begitu dilempar siwaknya, langsung keluar bercak-bercak putih seperti lepra, Sehingga kemudian dia itu langsung takut menutup dirinya, dia keluar langsung lari, Ibunya langsung datang kepada raja dan berkata, “Ini gara-gara kami menuruti perintah kamu akhirnya jadi kayak begini”,

Akhirnya dia meminta kepada raja itu supaya memohon kepada Imam Bashri untuk memberikan air dan menyembuhkannya, Subhanallah, dimintain air, dibacakan, sembuh, Itu orang yang bertaqwa kepada Allah,
Padahal ini masih muda, kalau perawan itu perawan ting-ting, Orang yang takut kepada Allah Ta’ala itu jadi terabaikan kecantikan, terabaikan kemolekan tubuh, terabaikan semuanya, Itu orang bertakwa kepada Allah SWT, Rasa takutnya kepada Allah mengalahkan syahwatnya, mengalahkan, mengabaikan semua keinginannya,

Subhanallah, akhirnya raja itu ingin mengujinya lagi, Diundang dia, dan juga ulama-ulama yang lainnya, Tapi sengaja raja itu memberikan makanan-makanan yang makanan itu dari bangkai, tidak disembelih, Disuruh taruh di depannya Imam Bashri sama murid-muridnya, Sementara makanan yang halal, yang dari binatang yang disembelih, diletakkan jauh dari tempat dia berada,

Subhanallah, akhirnya ketika sudah siap mau makan, maka Imam Bashri berkata pada muridnya, “Jangan dimakan dulu, Tapi yang ada di sini tuker sama yang di sana, Yang di sana biar dibawa ke sini, yang di sini dibawa ke sana, baru kalian makan”, Ini orang yang bertaqwa kepada Allah, Karena apa? Dijaga oleh Allah Ta’ala, Karena ketakutannya kepada Allah Ta’ala, bahkan binatang pun dia juga berkata kepadanya aku bangkai jangan dimakan, Karena apa? Ketakutannya kepada Allah SWT,

Subhanallah, akhirnya suatu waktu raja sudah kehabisan akal, bagaimana cara menjelekkan, menghinakan Imam Bashri ini, Maka kemudian dia masukkan, dia siapkan harimau singa, yang tidak dikasih makan tiga hari tiga malam, Setelah dikasih makan, laper-laper nya dimasukkan Imam Bashri,

Begitu Imam Bashri masuk, maka kemudian harimau itu setelah mengaung-ngaung sebelumnya, tiba-tiba mendekat kepada Imam Bashri, dan kemudian mencium kakinya dan tunduk kepadanya,

مَنْ خَافَ اللهَ خَافَهُ كُلُّ شَيْءٍ
Orang yang takut kepada Allah Ta’ala, semuanya akan takut kepada dia,

Sehingga, pada waktu harimau itu berjalan menuju kepadanya, lalu kemudian menjilat-jilat kakinya, kemudian dia itu tunduk kepadanya itu, dia kan merenung, Maka raja sempat bertanya, “Apa yang kau pikirkan waktu harimau itu mendekat kepada kamu? Kamu itu kan menundukkan kepalamu, Apa yang kamu pikirkan?” Apa jawaban dia?
“Yang aku pikirkan, ketika harimau itu mendekat kepadaku, hukumnya bekas minumnya jilatan harimau itu apa?” Itu namanya tsur (bekas minuman hewan) itu hukumnya apa, najis atau tidak najis, Jadi bukannya yang dipikirkan takut diterkam, dimakan, tapi justru yang difikirkan itu masalah fiqih, Itu orang yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala,

Makanya kaum muslimin semuanya, ayo kita bertaqwa kepada Allah, Bagaimana cara bertakwa kepada Allah? Sekarang kita bikin gambaran supaya logis, Taqwa itu ada metodenya, ada jalannya, Kalau dari Jakarta mau ke Bangil, gimana caranya? Ada beberapa media kendaraan, transportasi, Ada pakai mobil, ya lewat tol sampai nembus tol Peer keluar pondok Dalwa, Ada pakai pesawat, kalau dari Jakarta dari Airport Soekarno-Hatta atau dari Airport Halim, naik pesawat sampai ke Bandara Juanda, lalu ganti pakai mobil, keluar tol Peer, masuk Dalwa, Kalau pakai kereta dari Gambir, dari Senen, dari Jatinegara, naik terus, turunnya di Pasar Turi atau di Semut atau di Gubeng, Nanti dari situ naik mobil, masuk tol, keluar tol Pir, Dalwa, Banyak cara kan? Kita tahu cara itu,

Berarti apa? Semua segala hal itu ada metodenya, ada jalannya, Orang beriman dan bertakwa itu ada caranya, Mau jadi orang bertaqwa, ada caranya, Caranya itu adalah kita itu harus menimba ilmu, bagaimana kita bertaqwa kepada Allah, Bagaimana kita mau bertaqwa kepada Allah, kalau kita tidak tahu siapa Allah, apa kekuasaan Allah, apa kewajiban yang Allah wajibkan, apa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, dia tidak tahu, Dagang tidak pernah belajar, langsung dagang, Akhirnya meminjam uang di bank sebagai modal, Gimana mau bertaqwa kepada Allah yang semacam itu?

Ini sekarang terjadi, Banyak pacaran, banyak transaksi riba, ini yang menyebabkan kita itu sekarang masuk ke dalam keadaan yang sangat-sangat menakutkan, yaitu pandemi Covid-19 ini, Tapi orang bertaqwa tidak takut, Tapi kita harus waspada, bukan artinya kita takut, Tapi sebab itu harus kita jalankan karena kita masih di dunia, Nanti di akhirat, semua itu semuanya serba instan, Tapi kalau di dunia tidak, harus kita menjalani sebab,

Oleh karenanya, kalau kita ingin bertakwa, dalam artian kita menjalani semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya, kita harus tahu apa kewajiban-kewajiban-Nya, supaya kewajiban-Nya itu sesuai dengan yang diperintahkan-Nya, Kita harus belajar, Bagaimana seluk beluknya, Kemudian larangan-larangannya itu apa saja, Oh, tidak boleh bohong ya, Bohong itu apa? Tidak boleh tamak ya, tamak itu bagaimana? Oh tidak boleh rakus ya, rakus itu seperti apa? Jadi harus kita paham semuanya, Kita tahu supaya kita menghindari, tapi kalau kita tidak tahu, bagaimana kita mau bertaqwa kepada Allah?

Oleh karena itu, maka hendaknya, ayo sama-sama kita itu rajin hadir majelis taklim, Yang sudah kasep, siapa yang sudah kasep? Orang tua, suami istri, sudah kasep, Masa mau mondok lagi, orang tua? Kayaknya tidak ada pondok menerima daftar baru orang tua atau suami-istri, Pondok itu hanya bagi anak-anak yang belum kawin, yang masih jomblo, Kalau udah kawin, tidak bisa mondok, Kebanyakan pondok pesantren ya seperti itu,

Sehingga apa? Satu-satunya jalan, ya hadir majlis taklim online ini, Kita ajak sebanyak-banyaknya, ayo kita ikut, Ada parabola Dalwa TV, ayo kita beli untuk mengikuti banyak pengajian di situ, Ada Al Bahjah, ada Adz-Zikro, ada Dalwa TV, Di situ masyaikh Dalwa, di situ ada pengajiannya, Itu kan faedah, kita bisa mengajak orang,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ
Jadi orang yang menunjukkan suatu kebaikan kepada orang lain, maka dia akan mendapatkan pahalanya, Apa susahnya sih kita itu SMS sekarang, Ada kajian online, ayo ikuti,
Wallahil ‘adzim, saya tidak memikirkan followers berapa orang, Tidak jadi masalah, Tapi yang penting bagaimana cara menyenangkan Nabi Muhammad, membatidakan Nabi Muhammad, ilmunya Nabi Muhammad itu begitu tersebar di mana-mana, Sehingga kalau ilmunya Nabi Muhammad tersebar di mana-mana, aman di dunia ini,
Kita kepada orang tua bagaimana, itu kan ilmunya Nabi Muhammad, Saya merasa kepada orang bagaimana, itu kan ilmunya Nabi Muhammad, Akhlak yang baik tersebar, budi pekerti, kata-kata yang luhur, yang bijak, semuanya itu akan terucapkan, itu semua berkatnya ilmu Nabi Muhammad, Keberkahan akan tersebar di mana-mana,
Yang punya toko, tambah berkah, Yang punya pabrik, tambah berkah, Yang punya pertanian, tambah berkah, Semuanya itu berkat ilmunya Nabi Muhammad,
Mari kita ajak, sekarang untuk kita kembali pada Allah, Bagaimana cara kembali pada Allah? Masuk masjid? Etidak, Kembali kepada Allah itu adalah, dengan cara apa yang diperintahkan Allah, apa yang dilarang oleh Allah, itu harus tahu, Gimana caranya tahu? Ya ulama’ itu yang tahu, Buka majlis taklim online, Kita ajak saudara kita, Ajak anak-anak kit,a terutama anak-anak remaja yang tidak pernah nyantren,

Ayo kita hadir majlis taklim online, Wajibkan, Kita paksa mereka, Jangan tiktokan melulu, jangan Instagram-an melulu, dan sebagainya, Jadi kita arahkan mereka, Kita sebagai orang tua itu, kita harus tegas untuk kebaikan, karena kita pendidik bagi mereka, Kalau bukan kita, yang menyuruh siapa lagi?
قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ
Jadi hendaknya kalian jaga diri kalian dan jaga keluarga kalian,

 

 

 

Jangan Lupa Share klik

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *