Mengapa Harus Belajar Baca Kitab Kenapa tidak langsung kembali ke Al Quran dan Hadits ?
Mengapa Harus Belajar Baca Kitab ?, Kenapa tidak langsung kembali ke Al Quran dan Hadits ?
Mengapa harus belajar banyak kitab? Kenapa gak langsung memhami dari alquran dan hadis?
Untuk menjadi ulama itu gak mesti baca buku banyak, cukup bisa bahasa arab fusha yang dipakai ketika zaman kenabian, lalu hafal alquran dan hadis yang berkaitan dengan hukum, dan sejarah nabi dalam mempraktekan hukum,l dibawah bimbingan guru yang telah diakui itu sudah cukup, selanjutnya guru melatihmu bagaimana memahami dunia melalui ajaran islam. Jadi gak perlu baca matan, syarah dan hasyiah dan kitab mutaqaddimin atau mutaakhirin berjilid-jilid. Bahkan bila syarat-syarat diatas dipenuhi walau buta huruf sekalipun bisa jadi ulama. Banyak sahabat menjadi ulama dengan cara itu.
Masalahnya cara seperti itu akan sangat sulit untuk keadaan sekarang, sebagai contoh jauhnya kita dari bahasa arab fusha membuat kita harus belajar bahasa arab dengan segala cabangnya agar memahami bahasa arab makanya kita perlu mempelajari nahwu, sharaf, balaghah, matan lughah, arudh, dll agar kita bisa memahami alquran dan hadis dengan dzauq bahasa ketika diturunkan ke bumi. Contoh lain sahabat yang mendengar langsung hadis dari nabi, jadi gak perlu lagi meneliti ini hadis benar gak? Lah mereka dengar langsung dari nabi, tapi jaman kita butuh untuk mengetahui itu benaran hadis nabi atau bukan, maka dipelajari lah ilmu hadis, mulai dari ilal, takhrij, dll. Kenapa harus berjenjang? Karena itu untuk melatih malakah atau kemampuan untuk memhami syariat.
Mulai dari paling kecil, pertama hsaus bisa baca, lalu memahami istilah secara singkat, lalu mulai memahami mendetil setiap kaidah ilmu dan belajar melihat contoh-contoh praktis, lalu dilevel selanjutnya baru dilevel mengetahui argumen setiap kaidah ilmu yang ada, dilevel selanjutnya thalib akan belajar mempraktekan ilmu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada, sampai dilevel dia memiliki malakah dan kemampuan dimana jika nabi muhammad saw melihat cara dia berpedoman pada agama dalam menyelasaikam sebuah masalah maka nabi kemungkinan akan berkata “benar seperti itulah ajaranku” sebagaimana beliau memuji murid-murid beliau pada umar “ali itu pintu ilmu”, ibnu masud itu “gunung ilmu”, yang paling tau halal dan haram dari umatku itu muaz, tangaku ini untuk usman, orang yang paling tau ilmu faraidh itu zaid, pemegang rahasia ku abu huzaifah, dll. Mereka semua adalah orang yang sudah dapat rekomendasi bahwa jika mau tau apa pendapatku pada sebuah masalah tanyalah pada orang-orang itu. Karena mereka mewarisi ilmu yang aku diutus untuk menyampaikannya.
Nah seiring berkembangnya zaman dimana manusia makin jauh dari era kenabian, maka ulama menemukan metode yang tepat dan telah terbukti sukses selama ratusan tahun dalam mencetak ulama, ya metode tadaruj kitab madrasi yang muktamad, dari level mubtadi, mutawasith, dan muntahin, dan tentu saja level ulama. Metode yang jika ditinggalkan maka membuat seorang sangat jauh dari pemahaman ulama, dan jika dipraktekan maka dia bisa memahami alquran dan alhadis sebagaimana sahabat memahaminya. Melewati level-level itu adalah alat untuk mencapai puncak pengetahuan, yaitu memahami alquran dan hadis, sehingga makin banyak ilmu biasanya para ulama makin dekat dengan alquran dan hadis, pemahamannya makin dalam, dan biasanya mereka makin paham betapa tidak ada buku didunia melebihi firman Allah, makanya di usia senja para ulama biasanya kan menyukai tafsir alquran
Hanya saja, tanpa alat-alat tadi maka biasanya pemahaman alquran jadi berantakan, sehingga walau memakai alquran dan hadis waktu mereka ngomong, tapi kita akan merasa masak iya islam mengajarkan seperti itu? Maka itu pendidikan berjenjang untuk mencetak ulama yang mampu memahami Alquran dan hadis perlu dilakukan, mulai tahap dassr sampai tahap tinggi, sehingga seorang bisa dikatakam rujukan, jadi gak asal tafsir asal bisa ngutip aja, apalagi modal ngomong doank. Makanya kita menemukan orang yang belajarnya tidak melalui metode berjenjang(matan, syarah dan hasyiah) yang terbukti ratusan tahun ini maka ada aja yang syadz dari pendapatnya, tak jarang kita melihat pemahamannya pada satu ilmu bertentangan dengan yang lain.
Maka dari itu tau kan kenapa yang belajar kitab kuning lah yang paling produktif melahirkan ulama? Karena mereka tidak pernah meninggalkan metode hasil percobaan sukses ratusan tahun, begitu ada kelompok yang meninggalkan dalam 20-30 tahun, generasi selanjutnya langsung drop jumlah ulama. Begitu penting belajar mengikuti manhaj para ulama terdahulu. jadi kenapa gak langsung dari alquran dan hadis dan malah repot-repot harus baca banyak kitab kuning dan turats? Yaitu karena itu jalan yang telah terbukti selama ratusan tahun mencetak para ulama yang mampu memahami islam sebagaimana nabi saw memahaminya
Mengapa Harus Belajar Baca Kitab Kenapa tidak langsung kembali ke Al Quran dan Hadits ?
—
tulisan ini saya ambil dari salah satu grup wa tanpa mencantumkan sumber,
silahkan kontak IG saya @Hilyah_Nur agar saya bisa mencantumkan sumber.