Pidato Bahasa Indonesia Singkat, Cinta Nabi Muhammad saw
Pidato ini sangat cocok di sampaikan ketika bulan Maulid
Contents dan Daftar isi
Pidato Bahasa Indonesia Maulid tentang Cinta Rasulullah pada Umat
Alhamdulillah. Kali ini kita masih diberi kenikmatan oleh Allah Swt dengan kembali berjumpa pada bulan Rabiul Awal. Bulan Rabiul awal memiliki relasi kuat dengan Nabi Muhammad Saw. Sang inspirator sekaligus revolusioner umat terlahir pada bulan ini.
Pada bulan ini kita akan menyaksikan euforia umat sekaligus simbolis kecintaan mereka pada sang kekasih. Masjid, majelis, pondok pesantren dan tempat islami lainnya akan diisi dengan ritual yang dapat mengobati sedikit rasa kangen pada pujaan hati. Jutaan lisan terus mengalirkan sholawat. Tangis rindu berjatuhan sahut menyahut mendambakan perjumpaan.
Perlu diketahui, jika rasa cinta kita pada Nabi Muhammad sebesar gunung maka rasa cinta Nabi Muhammad pada kita seluas lautan.
Benak pikiran Rasulullah selalu terisi oleh kemashalatan umat. Kondisi apapun yang di rasa oleh Rasul, baik itu dalam kondisi lapang ataupun dalam kondisi terjepit yang beliau pikirkan tetap kebaikan umat.
Di dalam kitab tafsir Al Qur’an Jalalain karangan Al Imam Jalaludin Al Mahali dan Al Imam Jalaludin As-Suyuti dalam Surat Ad Duha ayat 5 disana terekam ketika Allah Swt memerintahkan malaikat Jibril untuk menurunkan wahyu ini. Apapun yang diminta oleh Rasulullah (Di akhirat) akan di kabulkan. Jika Rasulullah minta Gunung emas, maka akan di kabulkan. Jika Rasulullah minta Dunia beserta isinya maka akan dikabulkan. Apapun yang diinginkan Rasul, yang dapat membuat hatinya senang akan di kabulkan oleh Allah.
Malaikat Jibril segera bergegas, dengan rasa riang ia menyampaikan risalah itu pada Nabi Muhammad.
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”
Nabi Muhammad kemudian bersabda:
إِذَن لَا أَرْضَى وَوَاحِد مِنْ أُمَّتِي فِي النَّار
“Kalau begitu, aku tidak rela apabila seseorang di antara umatku masih berada di neraka.”
Sebuah kalimat indah teruntai dari lisan Rasul. Ketika mendapat hadiah dari Allah berupa keinginannya akan di kabulkan (Di Akhirat) sehingga hatinya menjadi lapang. Apapun itu. Namun yang beliau inginkan hanyalah kebaikan untuk umat. Siapakah yang cinta pada kita lebih dari beliau? Siapakah yang mengharapkan keselamatan untuk kita lebih dari beliau? Barometer kecintaan Rasul pada kita tak dapat terhitung.
Diriwayatkan dalam sebuah Hadits yang pernah di bawakan oleh Habib Umar bin Hafidz. Suatu ketika Rasulullah terisak tangis. Beliau menangis cukup lama.
Allah Swt pun memerintahkan Ruhul Amin untuk menemuinya. Jibril pun turun ke bumi mendatangi Nabi, kemudian berkata:
يَا رَسُوْلَ الله . رَبُّك اَرْسَلَنِي اِلَيْك ‘مَا يُبْكِيْكَ ؟’ وَهُوُ اَعْلَم
Wahai Rasulullah. Allah mengutusku untuk menemuimu dan ia bertanya “Apa Yang membuatmu menangis?” padahal ia lebih mengetahui.
Rasulullah menatap ke arah pemimpin malaikat dan menjawab pertanyaannya.
يَا جِبْرِيْل. مَرَرْتُ عَلَى هذه الأَيَة . قَوْلُ عِيْسَى فِي أُمَّتِه
“Wahai Jibril, aku telah membaca ayat ini. Doa Nabi Isa kepada umatnya:
اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚوَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al Maidah : 118)
وَ قَوْلُ اِبْرَاهِيْم فِي قَوْمِه
Dan ucapan Nabi Ibrahim kepada umatnya:
فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى ۖ وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim : 36)
فَتَذَكَرْتُ اُمَّتِي. كَيْفَ تَكُوْنُ حَالَتَهُم مِنْ بَعْدِي ؟وَ فِي يَوْمِ القِيَامَة
Lalu aku teringat keadaan umatku. Bagaimana keadaan mereka setelah sepeninggalku? Dan ketika hari kiamat kelak?”
Rasulullah semakin terisak. Beliau khawatir dengan kondisi umat jika beliau telah meninggal. Beliau khawatir dengan kemerosotan akhlaq umatnya. Beliau khawatir umatnya akan kembali mengerjakan aktivitas jahiliah. Beliau khawatir umatnnya akan melakukan dosa dan kedurhakaan yang menyebabkan mereka terkena adzab.
Setelah mendengar curahan hati Nabi Muhammad, Jibril pulang dan kembali datang kepada Allah.
“Ya Allah, kau telah mengetahui isi hati hambamu Muhammad. Saat ini ia teringat umatnya. Dan mengkhawatirkan bagaimana keadaan mereka setelah wafatnya dan juga keadaan mereka di hari kiamat kelak.”
Maka Allah Swt sang maha penyayang berkata pada Jibril:
يَا جِبْرِيْل. اِرْجِعْ اِلَى مُحَمَّد، وَ قُلْ لَهُ : إِنَّا سَنُرْضِيْكَ فِي اُمَّتِكَ وَ لَنْ نَسُوْؤَكَ فِيْهِمْ
“Wahai Jibril. Kembalilah pada Muhammad dan katakanlah padanya : Sungguh kami akan membuatmu gembira terhadap umatmu dan kami tidak akan pernah membuatmu kecewa pada mereka.”
Allah tidak akan membiarkan kekasihnya bersedih. Jika satu juta mata menangis maka tidak akan sama dengan tangisan Nabi Muhammad.
Maka tidak heran jika Dr. Al Habib Segaf bin Abuya Hasan Baharun pernah berkata :
“Cita-cita Nabi Muhammad ialah seluruh umatnya masuk surga”