Contents dan Daftar isi
TERAPI QUR’ANI UNTUK ATASI KEMANDULAN
Dr Nasaruddin Idris Jauhar
Dalam Surat Maryam: 2-11 dan Surat Ali Imran: 38-41, Allah megabadikan cerita tentang Nabi Zakaria yang berdoa agar diberikan keturunan, padahal istrinya mandul dan ia sendiri sudah sepuh. Ia berdoa agar dikaruniai anak laki-laki yang kelak akan mewarisi dirinya dan keluarga besar Yakub. Ia sangat khawatir meninggal tanpa ada keturunan yang mewarisinya.
Allah kemudian mengabulkan doanya dan mengabarkan kepadanya bahwa ia akan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Yahya, sebuah nama yang belum dikenal pada saat itu. Nabi Zakaria bertanya ragu, bagaimana mungkin ia akan punya anak padahal istrinya mandul dan ia sendiri sudah sepuh.
Allah kemudian meyakinkannya bahwa itu sangat mudah bagi-Nya, sebagaimana sebelumnya Ia dengan mudah telah menciptakan Nabi Zakaria sendiri dari tiada. Nabi Zakaria kemudian memohon untuk diberikan tanda bahwa berita tersebut benar dari-Nya. Allah berfirman bahwa tandanya adalah dia tidak bisa berbicara selama tiga hari penuh kecuali dengan isyarat. Zakaria kemudian keluar dari mihrabnya untuk menemui kaumnya dan, melalui isyarat, ia menyuruh mereka bertasbih kepada Allah pada waktu pagi dan petang.
Salah satu hal yang menarik dari cerita tersebut adalah bahwa Nabi Zakaria mendapatkan keturunan setelah melalui proses yang diawali dengan berdzikir (membaca tasbih secara konstan) dan tidak berbicara selama tiga hari tiga malam (Dalam Surat Maryam: 10 disebut “Tsalaatsa Layaalin Sawiyan,” sementara dalam Surat Ali Imran: 41 disebut “Tsalaatsata Ayyamin”).
Dr. Ali Mansour Kayali, seorang ahli fisika dan pakar kajian al-Qur’an dari Suriah, meyakini bahwa puasa bicara yang dijalani Nabi Zakaria selama tiga hari tiga malam tersebut bukanlah kejadian biasa. Puasa bicara selama 72 jam non-stop dan dibarengi dengan dzikir yang konstan itu, menurut keyakinanya, adalah sebuah ritual yang telah memproses energi positif tertentu dalam diri Nabi Zakaria yang kemudian memungkinkannya memiliki anak keturunan, walaupun ia sudah berusia lanjut dan istrinya divonis mandul.
Berangkat dari keyakinannya tersebut, Dr. Kayali kemudian merumuskan pengalaman Nabi Zakaria tersebut menjadi apa yang ia sebut sebagai “Terapi Qur’ani untuk Mengatasi Kemandulan.” Terapi ini secara khusus beliau tujukan dan anjurkan kepada para pasangan yang sudah bertahun-tahun mandul atau belum memiliki keturunan.
Cara Agar Suami Istri Bisa Cepat Punya Anak
Dalam ceramahnya yang berjudul “Thaaqat Al-Shamt” (Energi Diam), ia menguraikan bahwa suami-istri yang ingin memiliki anak bisa mempraktekkan terapi Qur’ani tersebut melalui lima langkah berikut:
1. Berdoa kepada Allah tanpa suara atau menggerakkan lidah. Redaksi doanya adalah seperti doa Nabi Zakaria dalam Surat Al-Anbiya: 89, “Rabbi laa tdzarni fardan wa Anta Khairul Waaritsiin.”
2. Delapan hari setelah istri suci dari h41d, suami mulai melakukan puasa bicara selama tiga hari tiga malam (72 jam non-stop).
3. Selama puasa bicara 72 jam tersebut, suami harus selalu mengucapkan tasbih.
4. Selama puasa bicara 72 jam tersebut, suami boleh berinteraksi dengan orang, tetapi hanya dengan isyarat atau tulisan. Melalui isyarat dan tulisan, suami hendaknya mengajak orang-orang sekitarnya untuk bertasbih.
5. Setelah melewati puasa bicara 72 tersebut, suami istri mulai hubung4n b4d4n
Testimoni Hasil Terapi Qu’ani Agar Cepat Hamil
Terapi mengatasi kemandulan ini direspon dan dipraktekkan oleh seorang bernama Sukainah Syaraidah, seorang ibu dari kota Irbit Yordania. Dalam surat testimoninya yang dikirim ke Dr. Al-Kayali, ia menceritakan kebahagiannya memperoleh keturunan setelah mempraktekkan “Resep Qur’ani” tersebut:
“Assalaamu’alikum, Duktur. Saya di antara orang yang mengikuti ceramah Anda tentang Puasa Bicara. Seperti yang Anda jelaskan, puasa biaca adalah resep qur’ani dari Allah untuk Nabi Zakaria agar mendapatkan keturunan. Ketika mendengarkan ceramah itu, saya sudah menjalani 8 tahun pernikahan dan belum dikaruniai keturunan. Saya kemudian memutuskan untuk mencoba resep tersebut. Saya dan suami sama-sama puasa bicara selama tiga hari tiga malam. Selama melakukan puasa tersebut, kami menjaga salat dan banyak bertasbih dan berdoa. Dan sungguh wahai Duktur, setelah itu saya hamil. Kami kemudian dikarunia seorang anak laki-laki, saat ini usianya 3 tahun. Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin. Kami sangat berterima kasih kepada Anda.
Ceramah anda sudah menjadi jalan keluar buat kami, dan menjadi jalan turunnya pertolongan Allah kepada kami. Itu datang setelah semua upaya dan usaha seakan sudah tertutup buat kami. Empat kali usaha bayi tabung yang kami lakukan gagal, belum lagi bermacam obat yang kami konsumsi dan usaha-usaha lainnya yang kami coba. Sungguh wahai Duktur, hanya dalam 3 hari, penderitaan 8 tahun kami berakhir. Alhamdulillah. Semua ini bersal dari Allah Sang Pemberi Rizki. Dan terima kasih kepada Anda yang telah menyampaikan sesuatu yang sangat luar biasa namun tidak disadari banyak orang. Semoga Allah memberikan keturunan kepada mereka yang tengah menanti dan mengaharapkannya.”
Sukainah Syaraidah bukan satu-satunya perempuan yang telah mencoba dan berhasil membuktikan “Terapi Qur’ani” untuk mengatasi kemandulan ini. Seorang perempuan bernama Amina Maasa dari Perancis menuliskan testimoni senada tentang temannya:
“Assalamu’alaikum, Duktur. Saya ingin memberi kabar gembira: 3 tahun lalu saya menonton video Anda tentang “Puasa Bicara Untuk Memperoleh Keturunan”. Hal itu saya ceritakan kepada teman saya, suami istri yang sudah 12 tahun menikah dan belum punya anak, padahal sudah berobat ke sejumlah dokter. Setelah mempraktekkan resep yang Anda kenalkan, mereka akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan, dan sekarang usianya 2 tahun. Mewakili mereka, saya ingin berterima kasih kepada Anda. Semoga Allah memberkati ilmu Anda.”
Testimoni lain yang senada dari seseorang berkebangsaan Suriah bernama Ammar al-Isa. Ia menulis:
“Assaalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakaatuh, Duktur. Saya ingin menyampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa selama 4 tahun pernikahan saya belum mendapatkan keturunan. Saat saya menonton ceramah Anda tentang puasa bicara selama 72 jam non-stop, saya memutuskan untuk mencobanya. Dan Alhamdulillah, saya kemudian diberi keturunan seorang anak perempuan. Ini saya lampirkan fotonya. Alhamdu Was-Syukru lillaah.”
Dr. Kayali membacakan tiga testimoni tersebut dengan langsung menyebutkan nama dan identitas pengirimnya. Itu beliau lakukan agar apa yang disampaikannya tersebut tidak dianggap rekayasa. Di sela-sela ceramahnya, beliau juga menyelipkan kata-kata hormat dan respek untuk orang-orang yang menolak atau berpandangan miring terhadap hasil penemuannya tersebut.
Ia menegaskan bahwa tidak secuil pun jasa atau kelebihan yang ingin ia klaim di balik penemuannya ini. Ia hanyalah orang yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mengungkap sesuatu dari balik firman-Nya.
Menurutnya, mengambil sesuatu dari Al-Qur’an untuk tujuan terapi dan pengobatan adalah sesuatu yang memang perlu kita lakukan. Al-Qur’an sendiri, sebagaimana ditegaskan dalam Surat Thaha:2, tidak diturunkan untuk menjadi penderitaan, baik penderitaan fisik, psikis, biologis, dan lain-lain. Sebaliknya, Al-Qur’an adalah sumber kesembuhan dari berbagai penyakit dan solusi bagi ragam persoalan yang kita hadapi.
Ia juga menjelaskan, bahwa keberadaan Al-Qur’an sebagai petunjuk tidak hanya berlaku bagi orang Islam saja, tapi juga orang non-muslim. Al-Qur’an tidak hanya “Hudan Lilmuttaqiin” (Petunjuk bagi orang-orang bertakwa), tapi juga “Hudan Linnaas” (Petunjuk bagi manusia). Pasangan suami istri yang diceritakan oleh Amina Maasa pada testemoni kedua di atas awalnya adalah pasangan non-muslim. Mereka kemudian masuk Islam setelah diberitahu bahwa terapi “Puasa Bicara” yang telah mengantarkan mereka memiliki keturunan itu adalah dari Al-Qur’an Al-Karim. (Wallahu A’lam).